NEW YORK, WB – Harga minyak dunia berbalik naik atau “rebound” dari tingkat terendah dalam enam tahun terakhir. Kenaikan pada Rabu pagi (28/1/2015) ini sebagai dampak melemahnya dolar.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, naik 1,08 dolar AS (2,4 persen) menjadi ditutup pada 45,16 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Maret menetap di 49,60 dolar AS per barel di perdagangan London, naik 1,44 dolar AS dari tingkat penutupan Senin. “Pasar telah menemukan titik terendahnya di kisaran tengah 40 dolar AS,” kata Kyle Cooper dari IAF Advisors.
Minyak mentah berjangka jatuh pada Senin ke tingkat penutupan terendah sejak awal 2009. Minyak mentah telah kehilangan hampir 60 persen dari nilainya dalam sebuah kemerosotan yang hampir tidak terputus sejak Juni, karena berlimpahnya pasokan, sebagian besar didorong oleh produksi minyak serpih (shale-oil) AS yang kuat dan pertumbuhan ekonomi global yang melemah.
Greenback telah menguat selama berbulan-bulan, membuat minyak yang dihargakan dalam dolar relatif lebih mahal, menambah tekanan pada pasar minyak.
Saudi Aramco, perusahaan minyak terbesar di dunia dalam hal produksi dan ekspor minyak mentah, mengakui bahwa harga telah jatuh terlalu jauh tapi bukan produsen OPEC, untuk menopang kenaikan mereka.
“Ini terlalu rendah untuk semua orang. Saya pikir bahkan konsumen mulai menderita dalam jangka panjang,” kata Khalid al-Falih, presiden raksasa energi milik negara Saudi.
Falih juga mengatakan produksi minyak serpih AS penting bagi masa depan energi jangka panjang dunia dan Saudi Aramco telah mengalokasikan tambahan tujuh miliar dolar AS untuk proyek-proyek serpih miliknya. []