WASHINGTON, WB – Mantan calon presiden Amerika Serikat (AS), Hillary Clinton, mengaku dirinya menjadi korban dari agen intelijen Rusia. Menurutnya, kekalahan pada pemilu presiden lalu, ternyata banyak campur tangan agen-agen dari Rusia.
Hillary menunjuk dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan tersebut sebagai salah satu alasan utama kekalahannya. Ia bahkan menyebut orang Amerika turut membantu informasi untuk digunakan melawan kampanyenya.
“Rusia, menurut pendapat saya, dan berdasarkan intelijen dan counter intelijen yang pernah saya ajak bicara, tidak tahu cara terbaik untuk membuat mempersenjatakan informasi tersebut kecuali jika mereka dipandu,” ungkap Hillary, dari Russia Today, Kamis (15/6/2017).
Ia melanjutkan dengan mengatakan bahwa sebagian besar berita tentang dirinya di Facebook palsu, dan mengatakan bahwa cerita itu seperti membantu mengayunkan pemilih dengan informasi rendah. Dia mengklaim bahwa ada 1.000 agen Rusia yang terlibat dalam menyampaikan pesan tersebut, namun tidak mengutip sumbernya.
Selain menuding keterlibatan agen-agen intelijen Rusia yang dibantu warga AS, Hillary juga mengatakan jika ia adalah korban dari asumsi yang sangat luas bahwa dia akan menang.
“Saya tidak pernah mempercayainya, saya selalu berpikir ini akan menjadi pemilihan yang ketat karena pemilihan kita selalu ketat,”kata Hillary.[]