NEW YORK, WB – Dalam pemilihan umum Presiden (pilpres) AS 2016 pada 8 November, kandidat presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat Hillary Clinton, diprediksi menang melawan capres dari Partai Republik Donald Trump.
Pernyataan tersebut diungkap oleh Profesor Ilmu Politik dari Universitas Miami, Joseph Uscinski.
“Prediksi hasil dari pemilu terlihat jelas kalau `electoral college` akan dimenangkan oleh Hillary Clinton,” kata Uscinski sebagaimana dikutip dari Antara, Senin (7/11/2016).
“Electoral College” adalah badan yang memilih presiden dan wakil presiden Amerika Serikat setiap empat tahun. Warga Amerika Serikat tidak langsung memilih presiden atau wakil presiden sebaliknya mereka menunjuk `pemilih` (electors), yang biasanya akan memilih kandidat tertentu.
Oleh karena itu, presiden tidak ditentukan oleh suara populer nasional. Sebaliknya, setiap negara bagian memiliki kursi dalam suatu “electoral college”, yang dibagi kira-kira sesuai dengan jumlah penduduknya. Untuk banyak negara bagian, calon yang menang adalah orang yang mengumpulkan semua suara pemilu di negara bagian itu.
Menurut Uscinski, Hillary Clinton mempunyai modal yang cukup, dibandingkan Trump, untuk berperan sebagai Presiden AS. Hal itu didukung dengan pengalaman Hillary saat menjabat sebagai Menteri Luar Negeri AS pada masa pemerintahan pertama Presiden Barack Obama.
Selain pengalaman, kata dia, faktor lain yang mendekatkan Hillary ke kursi nomor satu di AS adalah dukungan dari kaum minoritas, yang tampaknya sulit diperoleh oleh capres Partai Republik Trump.
Dia menyebutkan meskipun termasuk golongan minoritas, warga Latin mempunyai suara cukup besar di setiap pemilu AS. Hillary dalam beberapa jajak pendapat terakhir berhasil mendulang suara signifikan dari warga keturunan Latin di AS.
“Saat ini 70 persen warga AS penduduk kulit putih, tetapi etnis Latin terus bertambah. Kedepannya pasti sulit memenangi pemilu tanpa mendapat dukungan komunitas Latin,” ujar dia.[]