JAKARTA, WB – Pengamat politik dari LIPI, Ikrar Nusa Bakti menilai bahwa, jika nantinya benar-benar akan terwujud koalisi antara partai Golkar dengan Gerindra, setidaknya koalisi yang dikenal dengan sebutan koalisi `helikopter dengan punggung kuda`, itu belum tentu akan mewakili koalisi suara rakyat dari Golkar sendiri.
Alasan Ikrar mengatakan hal tersebut, merujuk pada pernyataan yang datang dari Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar sendiri, Akbar Tandjung, yang sangat kecewa atas sikap ketua umum Golkar, Aburizal Bakrie (Ical) yang pede untuk bersedia menjadi wakil presiden (Wapres) Prabowo, tanpa ada putusan dilakukan rapimnas terlebih dahulu.
“Kedatangan Ical yang datang ke Prabowo dan bersedia menjadi cawapres tanpa ada putusan partai itu menjadi polemik. Kalau pasangan ini jadi, Prabowo-Ical, maka orang akan melihat mana yang kurawa dan Pandawa,” sindir Ikrar, saat menjadi pembicara dalam diskusi `Capres Boneka` di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (8/5/2014).
Ikrar melanjutkan, sebelum koalisi `helikopter-punggung kuda` itu terbentuk dalam sebuah deklarasi, Ikrar justru memberikan `apluse` atas sikap Hasyim (adik Prabowo) yang dinilai cukup jeli melihat situasi koalisi tersebut.
“Hasyim justru lebih memilih Hatta Radjasa yang lebih cocok untuk mendampingi Prabowo dari pada Ical. Sebab kansnya prabowo-Hatta jika terjadi tentu lebih besar peluangnya,” papar Ikrar.
Namun tentu akan menjadi polemik lain jika memang nantinya mantan danjen Kopassus tersebut akan menjatuhkan pilihan kepada Hatta sebagai pendampingnya. Polemik lain yang dimaksud oleh Ikrar adalah Golkar sebagai partai yang berada di posisi dua besar versi hitung cepat (quick qount) itu, tentu akan merasa gengsi jika hanya menjadi tim penyorak dari koalisi itu.
“Ini akan menjadi cerita seru. Jadi nanti kita liat apakah Golkar mau dan akan tetap memberikan dukungan kepada Prabowo-Hatta. PKS dan PPP juga kita liat sampai saat ini juga belum menentukan sikap pasti,” tandas Ikrar.[]
Comments 14