Delft, Belanda – Potensi pertemuan tiga lempeng tektonik, lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik, merupakan salah satu keunggulan Indonesia. Hal ini menyebabkan negara kita kaya mineral dan gas bumi.
Kekayaan bahari kita didukung dengan fakta bahwa negara kita adalah negara dengan kekayaan biodiversitas laut terbesar di dunia berdasarkan data UNEP di 2011. Produksi akuakultur Indonesia masih sungguh berlimpah dan sebagai contoh jumlah rumput laut di Indonesia sudah sepersepuluh dari jumlah di dunia.
Pernyataan tersebut disampaikan mantan Menko Kemaritiman RI pertama, Indroyono Soesilo dalam diskusi Kopi Delft-Lingkar maritime bertajuk “Geliat Indonesia Demi Poros Maritim Dunia”. “Nelayan harus didukung dengan transfer pengetahuan untuk menambah nilai dari produksi ikan dan akuakultur. Mereka juga harus dilindungi oleh regulasi yang mendukung legal fishing dan pengembangan industri skala kecil,” jelas Indroyono.
Ke depannya, kekayaan maritim kita sangat potensial untuk diri kita sendiri dan kebutuhan global baik di sektor energi, perhubungan, perdagangan, pariwisata maupun pangan. Untuk itu diperlukan bibit-bibit periset yang handal pula.
“Proyeksi masa depan Indonesia di kemaritiman sangatlah kaya. Periset masa depan kita sudah sepatutnya turut serta membangun Indonesia dari pikiran mereka,” demikian keterangan yang ditulis Hafida Fahmiasari melalui pesan elektronik.
Kesimpulan diskusi ini adalah Indonesia memiliki masa depan kelautan yang sangat cerah. Selain untuk menyokong perkembangan nasional, laut kita pun salah satu potensi bagi dunia. Maka, jangan pernah lagi untuk memunggungi lautan kita.
“Mengapa kita disebut tanah air, bukan motherland atau fatherland. Karena sejatinya memang kita diciptakan sebagai negara maritim,” tutupnya. []