JAKARTA, WB – Dalam waktu dekat, setidaknya di tahun depan, PT Indosat Tbk (ISAT) akan berubah nama menjadi Indosat-Ooredoo. Perubahan itu atas keinginan pemegang saham terbesar. Sementara Indonesia yang punya sahan hanya 14,29 persen tidak bisa menolaknya.
Rencana perubahan nama itu dibenarkan Menteri BUMN Dahlan Iskan. Menurut Dahlan, nama Indosat tidak diganti, hanya ada penambahan nama pemegang saham mayoritas, yakni Ooredoo di belakangnya.
“Iya, sudah memberitahu begitu. Namanya akan diubah bukan diganti, rencananya mau ditambahkan namanya jadi Indosat Ooredoo,” ujarnya Dahlan usai mengikuti rapat di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (8/9/2014).
Meskipun memiliki saham di perusahaan telekomunikasi terbesar di tanah air itu, namun Indonesia tidak berkutik, apalgi mencoba intervensi rencana perubahan nama itu. Ooredoo menguasai 65 persen saham, disusul Skagen asal Amerika Serikat 15,29 persen. Sementara Indonesia hanya memiliki 14,29 persen dan sisanya milik publik.
“Itu urusannya pemegang saham mayoritas, kalau kita enggak apa-apa,” kata menteri Dahlan.
Sementara itu CEO Ooredoo Nasser Marafih menjelaskan bahwa pihaknya mengakuisisi banyak perusahaan telekomunikasi dunia dan semua namanya diubah dengan mencantumkan nama Ooredoo.
“Salah satu tujuannya bisa menghemat pengeluaran untuk kegiatan marketing dan promosi,” ujarnya dalam jumpa pers di Yogyakarta beberapahari lalu.
Sebelumnya saham Indosat dibeli oleh Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd. (STT) sebanyak 41,94% pada 2002 silam.
Selanjutnya pada 2008 saham Indosat secara tidak langsung diakuisisi oleh Qatar Telecom (Qtel) Q.S.C. (Qtel) melalui Indonesia Communications Limited (ICLM) dan Indonesia Communication Pte. Ltd. (ICLS) sejumlah 40,81%.
Kemudian Qtel membeli saham seri B sebanyak 24,19% dari publik sehingga menjadi pemegang saham mayoritas Indosat dengan kepemilikan sebesar 65% pada 2009.
Dengan demikian Qtel atas nama Ooredoo Asia Pte. Ltd. (dahulu Qtel Asia Pte. Ltd.) sampai saat ini menguasai 65% saham Indosat. []