MANILA, WB – Pemerintah Indonesia menunda eksekusi atas Mary Jane atas permintaan Presiden Filipina, Benigno Aquino III. Dasarnya adalah pengakuan seorang wanita bernama Maria Cristina Sergio yang merasa bertanggung jawab atas kasus yang menjerat Mary Jane.
Cristina yang merekrut Mary Jane menyerahan diri ke markas kepolisian Provinsi Nueva Ecija di Kota Cabanatuan, Selasa (28/4/2015) pagi untuk meminta perlindungan. Wanita yang punya nama lain Tintin itu tercatat sebagai warga Talavera di Nueva Ecija. Maria menyerahkan diri bersama pasangannya, Julius Lacanilao.
Kepala Kepolisian Luzon, Superintenden Ronald Santos menjelaskan, pasangan itu mendatangi kepolisian dengan ditemani ayah Julius yang bernama Ramon. Berdasarkan pengakuan ke polisi, Cristina mengaku mendapat ancaman pembunuhan melalui telepon seluler dan akunnya di Facebook.
“Dia sering mendapat panggilan telepon yang mengucapkan kata-kata buruk padanya dan anggota keluarganya,” kata Santos seperti dikutip The Philippine Star. “Dia muncul secara sukarela ke kantor polisi demi alasan keamanan, termasuk keluarganya.”
Kini, Maria bersama pasangannya, Julius Lacanilao menghadapi tuduhan melakukan perekrutan tenaga kerja ilegal, perdagangan manusia dan penipuan. Selain Maria dan Julius, kasus itu juga melibatkan seorang pria asal Afrika bernama Ike.
Jaksa Agung Filipina, Claro Arellano mengatakan, pihaknya akan melakukan gelar perkara pendahuluan kasus itu pada 8 dan 14 Mei yang akan datang. Namun, Maria kini masih dalam penanganan kepolisian karena merasa nyawanya terancam.
Migran miskin
Mary Jane tertangkap membawa 2,6 kg heroin di Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta pada 25 April 2010. Dalam pembelaannya, Mary Jane adalah buruh migran miskin yang menjadi korban perdagangan manusia.
Awalnya, ia ditawari bekerja secara ilegal di Malaysia oleh temannya, Maria Kristina P Sergio. Sesampai Malaysia, tujuan diubah ke Yogyakarta dan barang bawaan diatur oleh temannya tanpa ia ketahui.
Mary Jane menikah pada tahun 2000 di usia 16 tahun dan dikaruniai dua anak. Kemudian, berpisah karena sang suami tidak bekerja, gemar berjudi dan mabuk-mabukan. Sejak itu, ia bekerja apa saja untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan kedua anak, termasuk menjajakan es lilin, pisang goreng dan telur balot.
Tahun 2009, ia ke Dubai untuk bekerja sebagai buruh migran, namun hanya bertahan selama 10 bulan karena mengalami percobaan perkosaan. Ia trauma dan sempat dirawat satu bulan di rumah sakit. []