JAKARTA, WB – Mantan Menteri Perekonomian di era Presiden Megawati Soekarnoputri, Kwik Kian Gie menjelaskan kalau istilah Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi adalah Pembohongan Publik Pemerintah Jokowi.
Menurut Kwik Kian Gie, biaya untuk mengangkat minyak dari perut bumi (lifting) ditambah biaya pengilangan (refining) dan ditambah biaya transportasi rata-rata ke semua pompa bensin adalah 10 USD, atau jika dalam rupiah 10 : 159 x 12.000 = Rp754,7 dibulatkan = Rp755/liter.
“Jadi sebenarnya dengan menjual premium Rp 6.500/liter, pemerintah sudah untung sebesar 6.500 – 755= Rp5.745/liter. Sekarang tinggal dikalikan berapa liter kebutuhan (konsumsi) dalam negeri, itulah “keuntungan” yang diperoleh Pemerintah dari hasil jualan bensin premium pada rakyatnya sendiri,” tulis Kwik, Rabu (19/11/2014).
Menurutnya, minyak dari perut bumi sendiri dan menurut UUD’45 Pasal 33 untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.
“Jangankan gratis, rakyat disuruh beli dengan harga Rp 6.500. Sekarang Pemerintah mau ambil untung berapa rupiah lagi dengan menaikkan BBM Rp 8.500. Subsidi itu ada kalau Pemerintah merugi, artinya harus nombokin”, ujar Kwik.
Lebih jauh Kwik menjelaskan, Istilah “BBM bersubsidi” adalah pembohongan publik, sekarang yang juga jadi pertanyaan kata Kwik adalah adakah negara-negara di dunia ini yang menjual minyaknya untuk konsumsi dalam negerinya dengan harga di bawah harga pasar harga New York Mercantile Exchange?
Jawabnya ada. Beberapa negara yang menjual minyak di bawah harga NYMEX, di antaranya adalah Venezuela Rp585/liter, Turkmenistan Rp936/liter, Nigeria Rp1.170/liter, Iran Rp1.287/liter, Arab Saudi Rp1.404/liter, Libya Rp1.636/liter, Kuwait Rp2.457/liter, Qatar Rp2.575/liter, Bahrain Rp3.159/liter, Uni Emirat Arab Rp4.300/liter.[]