JAKARTA, WB – Direktur Eksekutif Lingkar Madani, Ray Rangkuti menyebut elektabilitas Prabowo Subianto masih jalan ditempat. Sementara, pengamat poltik, Pangi Syarwi Chaniago mengatakan duel Jokowi vs Prabowo seperti film yang sudah usang.
“Pada elektabilitas Prabowo sendiri yang nampaknya belum jauh beranjak dari angka 25 persen. Padahal, setidaknya sudah ada tiga partai yang mendukungnya, dan ditambah dengan barisan umat Islam. Tapi, elektabilitas tak juga naik,” kata Ray, Kamis (13/4/2018).
Dia mengatakan, di saat yang bersamaan, makin marak dan tinggi intensitas serangan terhadap Jokowi, usungan partai pro pemerintah dengan nuansa negatif. “Suara Jokowi tidak turun, tapi merambat naik. Sementara Prabowo statis dan punya kecenderungan malah turun,” ungkapnya.
Sementara itu, ia juga melihat permasalahan lain pada kubu Partai Gerindra, yakni tak adanya calon wakil presiden yang menarik dan dapat mendulang suara bagi Prabowo.
“Saya melihat figur yang kemungkinan besar akan banyak membantu naiknya suara Prabowo ada pada AHY atau Muhaimin. Tapi masalah lainnya adalah, Muhaimin sudah menyatakan diri melamar menjadi cawapres Jokowi. Sementara AHY adalah figur militer, profesi yang sama dengan Prabowo,” kata dia.
Di tempat terpisah, pengamat poltik, Pangi Syarwi Chaniago mengatakan Jokowi dan Prabowo adalah tokoh usang. Jika hanya dua figur tersebut ungkapnya, masyarakat sudah menebak akhir ceritanya.
“Bicara Prabowo dan Jokowi adalah figur usang, ada yang kurang menarik lagi apabila kembali terulang head to head, karena kita tahu ujung ceritanya bagaimana,” ujar Pangi, Jumat (15/4/2018).
Selain itu terang Pangi, justru membuat Indonesia terlihat miris karena tidak memiliki figur pemimpin yang lain. Padahal Indonesia masih tokoh-tokoh hebat yang masih bertebaran.
“Republik ini seperti kekurangan figur dan sosok pemimpin saja, Jokowi dan Prabowo (itu) film usang yang tak menarik (lagi) ditonton tanpa ada aktor baru,” kata Pangi.
Menurutnya, semakin banyak calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) akan sangat baik bagi demokrasi Indonesia. Dengan begitu masyarakat akan dihadapkan dengan banyak alternatif atau lebih bervariatif.
“Padahal tokoh sekaliber pemimpin dunia bertebaran ada di Indonesia. Namun (yang terlihat seolah) sekarang hanya ada Prabowo dan Jokowi,” ujar Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting ini.
Menurut Pangi parpol merupakan rahim untuk melahirkan sosok pemimpin yang hebat. Namun jika yang kemudian muncul ke pemukaan lagi-lagi hanya Jokowi-Prabowo justru membuat parpol terkesan gagal.
“Negeri ini seolah kekurangan figur dan parpol terkesan gagal memunculkan figur alternatif,” kejarnya.
Oleh karena itu, dalam sudut pandang pangi dengan munculnya poros ketiga dalam Pilpres 2019 akan lebih baik. Sehingga persaingan untuk menjadi orang nomor satu di Indonesia nanti semakin menarik. []