Delft, Belanda – Potensi kemaritiman Indonesia merupakan senjata Indonesia di masa depan yang dapat meningkatkan perekonomian, memperkaya kebudayaan, dan mengeksplorasi ilmu lebih dalam lagi terkait kepentingan kemaritiman Indonesia bahkan dunia.
Demikian kesimpulan dari pemaparan mantan Menko Kemaritiman RI pertama, Indroyono Soesilo yang disampaikan dalam diskusi Kopi Delft-Lingkar maritime bertema “Geliat Indonesia Demi Poros Maritim Dunia”, Senin (16/3/2016).
Diskusi Kopi Delft Espresso-Lingkar Maritim adalah gabungan forum diskusi pelajar di kota Delft, Belanda. Tema diskusi kali ini diangkat dengan tujuan untuk membuat mahasiswa lebih paham betul konsep kemaritiman di Indonesia.
Pemaparan tersebut berdasarkan kumpulan pengalaman komprehensif dirinya sebagai periset dan professional, semenjak memulai karir di BPPT, Kementerian Kelautan, Kementerian Kesejahteraan Rakyat, Menko Maritim, FAO (Food and Agriculture Association) di Roma, dan saat ini Penasehat Kementerian Pariwisata sekaligus Indonesia Special Envoy di International Civil Aviation Organization (ICAO).
Ia menegaskan bahwa Indonesia telah memulai peradaban maritim sejak abad ke-7 yang digambarkan dari relief kapal di Candi Borobudur. Perjuangan Indonesia terkait kedaulatan maritim pun diteruskan secara diplomatis dengan Deklarasi Djoeanda di 1957 dan ditetapkannya Archipelagic State Concept di UNCLOS tahun 1982.
“Poros Maritim sendiri harus mengedepankan lima keunggulan komparatif pembangunan maritim di Indonesia yaitu keanekaragaman biota laut, wawasan nusantara dan kewilayahan, posisi geoteknik, arus lintas Indonesia di bidang oseanografi dan iklim, dan jalur internasional laut.” ujar peraih gelar doctoral di Iowa University ini. Begitu press release yang ditulis Hafida Fahmiasari melalui pesan elektronik.
Untuk menjaga potensi maritim Indonesia dibutuhkan pula kedaulatan maritim. Hal ini didasari dengan banyaknya sengketa wilayah laut kita dengan negara tetangga. Para negara tetangga yang juga tergiur dengan apa yang terkandung dalam lautan kita.
Strategisnya letak Indonesia di jalur perdagangan dunia juga harus dimanfaatkan dengan maksimal. Dengan pengadaan infrastruktur pelabuhan, bandara, beserta armadanya yang memadai. “Indonesia berada pada jalur laut yang sangat strategis, apalagi ramainya lalu lintas di Selat Malaka. Disitulah konsep tol laut hadir,” tandas Indroyono. []