JAKARTA, WB – Ekonomi Indonesia kini memasuki babak sulit karena persaingan global menghadapi pasar bebas dan MEA. Krisis atau tidak krisi , arah perkembangan ekonomi Indonesia saat ini agak mengerikan.
Demikian disampaikan Mantan Menteri Koperasi era Orde Baru Subiakto Tjakrawerdaya dalam sebuah diskusi yang digelar Aliansi Kebangsaan di Jakarta (9/10/2015).
“Krisis ini menjadi hikmah untuk memperkuat ekonomi domestik, nawacita membutuhkan political will yang kuat, dan beranikah melakukan upaya-upaya untuk kemandirian ekonomi untuk kesejahteraan rakyat. Sedangkan ketahanan pangan dan energi saat ini sungguh berat dan menghawatirkan,” ungkap Subiakto
Faktanya ekonomi rakyat yang tersentuh perbangkan cuma 20% dan yang menyentuh masyarakat lainnya adalah para rentenir. Masyarakat UKM tidak punya pasar, ekonomi rakyat belum terlindungi baik pemasaran maupun pemodalan.
“Masyarakat kecil berhadapan dengan raksasa ekonomi. Ketika masyarakat sudah terjepit dan habis kesabarannya, saya khawatir ada perlawanan-perlawanan,” jelas Subiakto.
Pasal 33 UUD 45, lanjut Subiakto, perlu dilaksanakan dan direalisasikan dengan memperbesar dan memperkuat Badan Usaha milik Negara (BUMN). Sektor yang menguasai hajat hidup orang banyak, harus dikuasai oleh negara.
Di bidang pertanian, Subiakto memberi contoh, Pemerintah harus mengembalikan fungsi Bulog untuk melindungi petani. Menurutnya, Pada tahun 1930an bung Hatta sudah pernah bilang bahwa perlunya regulasi dan peran pemerintah untuk melindungi ekonomi rakyat.
“Semoga Jokowi konsisten dengan nawacita ini. Kalau tidak bisa, Presiden harus merevolusi mentalnya sendiri,” paparnya.
Subiakto mengaskan, peran Koperasi harus diperkuat manajemennya dan dibantu keuangannya. Pemerintah saat ini harus membantu Koperasi dalam membantu masyarakat dan pemerataan kesejahteraan.
Koperasi bisa bekerjasama dengan Bank Pemerintah seperti BRI. BRI cukup di kabupaten, dan bekerjasama dengan Koperasi Primer yang tersebar di desa-desa dan kecamatan untuk melawan rentenir yang meresahkan rakyat.
“KUR bisa dikelola oleh Koperasi melalui Bank. Globalisasi tidak mungkin dihadapi oleh koperasi saja, tapi juga dibantu oleh Perbankan. Kerjasama antara Koperasi yang sehat dengan perbankan akan tercipta pertumbuhan ekonomi masyarakat kecil,” paprnya.
Sementara itu, menurut penggagas Aliansi Kebangsaaan Ponco Sutowo yang hadir dalam diskusi ini mengatakan bahwa keamanan energi menjadi hal penting untuk diperhatikan di samping juga keamanan pangan. Sudah lama Indonesia merdeka, namun masih suka membeli sesuatu dari pada membangun sendiri produk pangan dan energi.
“Contoh sederhana, kenapa energi kita tidak pernah bisa bangun, kita selalu beli dibandingkan dengan membangun sendiri, kenapa kita sering membeli makanan impor daripada menanam sendiri,” jelasnya.
Menurutnya, harus ada gerakan-gerakan dari masyarakat yang berfikir merdeka. Masyarakat yang mandiri untuk memikirkan nasib bangsa Indonesia. Saatnya semua berfikir untuk membangun kesadaran bahwa nasib bangsa tidak hanya ditentukan oleh satu orang Presiden.
“Apa iya nasib 250 juta rakyat diserahkan pada satu orang presiden. Waktu itu Soekarno ditahan, Sudirman melawan. Waktu di Surabaya, Gubernur Suryo yang memerintahkan untuk melawan Belanda. Banyak putusan besar tidak tergantung pada putusan presiden,” paparnya.
Dengan pikiran mandiri dan semangat untuk membangun bangsa Indonesia yang besar ini, maka aliansi Kebangsaan akan terus menggelorakan semangat bangsa Indonesia untuk merealisasikan cita-cita besar para pendiri bangsa, para pejuang Kemerdekaan yang bersusah payah memerdekakan Indonesia. Juga memerdekakan pikiran dan apa yang ada di kepala rakyat Indonesia. []