JAKARTA, WB – Kementerian Agama (Kemenag) baru saja merilis daftar rekomendasi 200 mubaligh yang bisa menjadi rujukan di bulan Ramadhan tahun ini. Namun, daftar itu kemudian memicu kontroversi.
Pasalnya, menyebarkan nama-nama ulama rekomendasi dalam pandangan Ketua Umum PB NU, Said Aqi, justru bisa menimbulkan kegaduhan baru. Oleh karena itu, ia menilai, rekomendasi Kemenag itu mungkin tujuannya baik, tapi cara penyampaiannya kurang tepat.
“Selebihnya adalah penceramah baik, mencapai ribuan. Di gedung PBNU ini saja jumlah ulama baik banyak. Contohnya ada Kyai Dulmanan, Mujib Qolju, Syamsul Maarif, Asrorun Ni`am,” ujar Said.
Sementara itu, Ketua Lembaga Khusus Dakwah (LDK) PP Muhammadiyah, Muhammad Ziyad, menilai langkah Kementerian Agama merilis 200 nama mubaligh atau pendakwah yang direkomendasikan, itu kurang tepat. Hal ini justru akan membuat umat Muslim terbelah.
Ia berpendapat, dampaknya akan menimbulkan pembelahan di tengah umat dan sekaligus melahirkan persepsi yang kurang kondusif bagi bangunan soliditas nasional. Ada kesan bahwa 200 orang yang direkomendasikan Kemenag itu pembela NKRI dan bervisi kebangsaan, sedangkan yang lainnya, yang tidak termasuk dalam daftar tersebut, seakan-akan sebaliknya.
“Padahal, ribuan mubaligh diluar daftar tersebut tergolong hebat dan memenuhi ketentuan Kemenag. Sebaiknya data itu dimatangkan dulu sebelum dirilis. Bahkan, di antara nama 200 orang itu saja, ada yang kurang valid,” kata Ziyad.
Kepala Biro Hubungan Masyarakat, Data, dan Informasi Sekretaris Jenderal Kemenag, Mastuki, sebelumnya mengatakan, tidak ada maksud untuk memperkeruh atau membuat gaduh umat Islam. Karena itu, Kemenag berharap daftar tersebut disikapi dengan baik dan dipahami oleh masyarakat.[]