JAKARTA, WB – Dari dua kandidat pasangan capres-dan cawapres, Pemerhati Ekonomi dari Indonesia Global Justice (IGJ), Salamudin Daeng menilai bahwa, kedua pasangan itu tidak mencerminkan jawaban atas berbagai masalah-masalah nasional.
“Jadi kalau melihat visi misi mereka sama sekali tidak mencerminkan adanya respon terhadap problem nasional yang dihadapi sekarang, baik problem dominasi asing, kemiskinan, korupsi dan kerusakan moral yang sangat luas itu,” ujar Daeng melalui pesan singkatnya yang diterima wartabuana, Senin (9/6/2014).
Kata Daeng, isu nasionalisme yang diutarakan para kandidat presiden tersebut, merupakan sekedar slogan saja. Karena yang dihadapi adalah perjanjian internasional yang mengikat serta UU yang sangat neoliberal.
Daeng menambahkan, kemiskinan terjadi lantaran politik ekonomi nasional yang liberal. Itu dicirikan dengan anti subsidi, ketimpangan di dalam akses terhadap sumber daya alam dan sumber keuangan. Serta distribusi pendapatan yang sangat minim.
“Seperti politik upah murah, tidak ada perhitungan harga bagi petani, semua harga diserahkan kepada mekanisme pasar, sementara tingkat inflasi dan harga-harga semakin tinggi,”tuturnya.
Sementara itu, korupsi kian marak lantaran mekanisme demokrasi yang bertumpu pada kekuatan parpol atau propaganda media.
“Sementara parpolnya dibiaya oleh dua sumber. Yakni sumbangan dari kadernya yang korupsi dan sumbangan dari pengusaha-pengusaha yang membajak kekayaan alam dinegara ini,” ujarnya.
Berbagai penyakit akut tersebut, kata Daeng, sudah membuat kerusakan moral diseluruh level, karena sistem politiknya penuh dengan manipulasi dan penyuapan, sehingga mekanisme pengambilan keputusan politik oleh elite-elite politik yang moralnya sudah ambruk. Kata Daeng, mengharapkan presiden terpilih nanti untuk memperbaikinya jelasakan sulit. Pasalnya, presiden hanyalah bagian kecil daripada kekuasaan sesungguhnya seperti DPR, MK, KPK, ada IMK, BI, OJK, BPJS dan lainnya.
“Walhasil, siapa saja yang menang, rakyat akan tetap menderita. Sama saja buat kita sebagai rakyat mah, tidak ada perbedaan, karena ruang lingkup masalahnya seperti dominasi asing, kemiskinan, korupsi dan rusaknya moral akibat sistem ekonomi liberal tidak bisa mereka sentuh,” pungkas Daeng.[]
Comments 6