JAKARTA, WB – Penetapan Komjen Budi Gunawan sebagai tersangka berbuntut panjang. Nuansa politis sangat kental membungkus “Bola Panas” yang membuat banyak pihak gerah dan saling membongkar “dosa” masing-masing.
Sebuah artikel di Kompasiana berjudul “Rumah Kaca Abraham Samad” yang ditulis seorang netizen dengan nickname Sawito Kartowibowo membeberkan 6 kali pertemuan antara Abraham Samad dengan petinggi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebelum penetapan pasangan capres.
Tulisan itu menggiring pembaca untuk `menelanjangi` kiprah politik Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad yang ngebet dampingi Jokowi sebagai wapresnya. Namun hasrat Samada pupus, Jusuf Kalla dianggap lebih `menjual`.
“Kepada Bapak Abraham Samad yang memimpin institusi yang sangat besar dan dipercaya publik kami harapkan untuk berani mengakui bahwa banyak pertemuan yang dilakukan, sekurang-kurangnya dengan para petinggi kedua partai politik PDIP dan NasDem, dalam kaitannya dengan proses pencalonan beliau sebagai calon wakil presiden pada pemilu presiden 2014 lalu adalah benar dan hal tersebut atas inisiatif tim sukses Bapak Abraham Samad yang berinisial D,” ungkap Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal (Plt Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto dalam konferensi pers di eks Posko Pemenangan Jokowi- JK, Jl Cemara No. 19, Jakarta, Kamis (22/1/2015).
Berdasarkan tulisan itu, Hasto merasa yakin selama ini KPK belum bisa melepaskan diri dari kepentingan politik di Tanah Air dan menggunakan untuk menjegal “lawan”, seperti dalam kasus Komjen Budi Gunawan.
Hasto menegaskan kabar pertemuan tersebut adalah benar. Dia pun mendorong agar Samad mau berterus terang kepada publik.
“Kami menyatakan berita tertulis dalam `Rumah Kaca` tersebut benar adanya. Dengan demikian pernyataan yang disampaikan bapak Abraham Samad itu fitnah sangat tidak tepat,” katanya.
Hasto membenarkan Abraham Samad sangat bernafsu menduduki kursi wakil presiden mendampingi Jokowi. Ada enam kali pertemuan politik antara Samad dan para petinggi PDIP. Supaya tak diketahui, Samad disebut selalu tampil mengenakan topi dan masker menutupi wajahnya. Untuk menyindir Samad, Hasto melakukan hal yang sama. Dia mengenakan topi dan masker saat menggelar jumpa pers.
“Pada saat melakukan pertemuan-pertemuan itu, Bapak Abraham Samad selalu menggunakan ini (masker dan topi warna hitam). Warna maskernya hijau,” beber Hasto.
Hasto juga menunjukkan alat berbentuk persegi empat berwarna hitam seukuran kotak rokok bertulis GSM-box. Menurutnya, itu adalah alat deteksi sadap yang sama mirip dipakai Samad untuk menyadap sejumlah petinggi PDIP dan pihak terkait.
Hasto menjelaskan baru mengungkap dugaan konspirasi Samad saat ini, lantaran Ketua KPK tersebut membantah tulisan di Kompasiana tersebut.
AduDomba
Makin memanasnya polemik saling tuding dan bongkar-bongkaran ini membuat KPK gerha. Deputi Pencegahan KPK Johan Budi menyatakan jangan sampai perkara itu dipakai buat ajang mengadu domba antara KPK dan Polri.
“Saya Deputi Pencegahan yang tentu bertugas untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan antar institusi. Jangan sampai ini direduksi jadi persoalan antara KPK dan Polri,” kata Johan di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (22/1/2015).
Johan mengimbau kepada pihak-pihak yang ingin memperkeruh suasana supaya menghentikan aksinya mengadu domba KPK dan Polri. Sebab menurut dia, saat ini hubungan KPK dan Polri dalam hal pemberantasan dan pencegahan korupsi sedang bagus-bagusnya. []