JAKARTA, WB – Peta dunia politik tanah air, untuk saat ini memang masih dalam lingkaran saling pinang-meminang. Komunikasi politik yang dilancarkan oleh petinggi partai jauh-jauh hari sudah melakukan kunjungan formil ke partai tetangga, seolah sengaja diulur-ulur dengan alasan masih menunggu hasil penghitungan manual dari panitia penyelenggara pemilu, Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Padahal para petinggi parpol tersebut sudah ketar-ketir jika nanti justru tidak dapat pasangan koalisi. Jika itu terjadi maka jalan satu-satunya adalah kawin paksa. Hal itulah yang diucapkan pemerhati politik, dari Political Communication Institute (PolcoMM Institute), Heri Budianto, Jum`at (2/5/2014).
“Ada kekhawatiran dari tiga poros ini. Dimana Golkar belum ada pasangan. Gerindra sampai saat ini belum ada yang resmi. Kalau sampai poros keempat nanti muncul, Gerindra atau Golkar kemungkinan tidak dapat mitra koalisi. Maka bisa muncul kawin paksa seperti tahun 2009,” beber Heri.
Wacana kearah kawin paksa, kata Hery, kemungkinan besar bisa saja terwujud.
Persepsi itu mengarah pada kunjungan Ketua Dewan Pembina partai Gerindra, Prabowo Subianto ke kediaman ketua umum partai Golkar, Aburizal Bakrie (ARB), beberapa waktu lalu.
“ARB sudah melakukan komunikasi politik dengan Prabowo. Ketika ketua DPD partai kumpul di rumah ARB, ada wacana desakan agar Golkar merapat ke Gerindra,” kata Heri.
Namun jika nanti akan terjadi kawin paksa antara Gerindra dan Golkar, kata Heri, polemik lain yang tentunya akan muncul adalah siapa yang akan menjadi bakal calon presidennya (Bacapres). Sebab yang publik tau kedua partai tersebut masing-masing punya kandidat bacapres.
“Golkar kalau memaksakan ArB maka akan sulit menang dipilpres. Kalau Golkar bersikap legowo, maka Golkar akan menjadi partai yang seksi,” pungkas Heri.[]
Comments 8