JAKARTA, WB – Pengamat politik Hendri Satrio menjelaskan, terkait konflik internal yang terjadi dalam tubuh Golkar, secara akdemisi dinilai tak lebih berbicara soal singgasana kekuasaan.
Menurutnya, Golkar merupakan partai yang nature diantara partai yang sudah ada di tanah air. Lama berkuasa, maka jika ada berbagai persoalan yang terjadi pada Golkar akan dicatat sebagai sejarah proses politik yang terjadi di Indonesia.
“Kenapa ada konflik ? Politik itukan ujung-ujungnya kekuasaan, jadi wajar jika ada dua kubu pemikiran dalam partai,” ujar Hendri saat menjadi pembicara dalam diskusi politik mingguan bertajuk “Negara dan Pertaruhan Demokrasi” di bilangan Cikini, Sabtu (14/3/2015).
Dikatakan ada dua pemikiran di Golkar lanjut Hendri, karena tidak terlepas dari peran Golkar sejauh ini yang keberadaannya tidak pernah berada diluar lingkaran kekuasaan. Itu artinya peran Golkar yang saat ini menjadi oposisi dikatakan Hendri tidak akan menyenangkan.
“Ini untuk mengembalikan garisnya golkar kembali kepada kekuasaan. setelah kubu KMP kalah di Pilpres partai inikan mendua. Dulu kenapa PDIP tidak pecah, karena mereka punya kontrol sosial yang kuat. Nah Golkar inikan belum pernah dalam sejarah berada dalam oposisi,” ujarnya.
Hendri juga menyindir bahwa konflik yang berkepanjangan dalam tubuh Golkar tak ubahnya drama. Padahal sebagai partai lama, Golkar telah banyak menghasilkan elit-elite mumpuni dinegara ini. Lantaran itupun Hendri mencatat tidak ada jalan lain bagi partai Golkar kembali meminta bantuan pemerintah untuk menyelesaikan permasalahannya.
Munas Bali dan ancol implementasi UU No 2 tahun 2011, ini baru pertama munas akhirnya mirip drama karena jalannya panjang dan mirip drama. Jadi batasanya uu itu tadi ada penyelesaian internal, maka harus ada mahkamah partai,” tandas Hendri.[]