JAKARTA, WB – Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati mencatat bahwa pemerintah masih terlihat santai menghadapi kemerosotan rupiah. Dikatakan santai karena ekonomi Indonesia dianggap belum berada pada situasi genting.
“Indonesia masih aman. Fundamental ekonominya masih bagus kok. Modal asing itu per detik saja bisa kabur, buktinya kemarin sudah mulai capital flight sekaligus suku bunga tinggi,” papar Enny kepada wartawan, Senin (24/8).
Namun Enny menghawatrikan jika tak dikendalikan dengan baik, nilai tukar rupiah saat ini bisa terperosok hingga ke level seperti krisis 1998. Kala itu, ekonomi melambat dan rupiah merosot hingga Rp 15 ribu-Rp 17 ribu per dolar Amerika Serikat.
Ekonomi Indonesia tengah melambat dan rupiah longsor hingga mencapai Rp 14 ribu per USD. Dan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,67 persen kuartal II-2015.
“Krisis 1998 disebabkan likuiditas perbankan yang tipis, sehingga tidak mampu membiayai sektor riil dan berdampak pada meningkatnya pengangguran,” catat Enny.
Namun Enny kembali menegaskan kalau kondisi tersebut berpotensi krisis jika tidak ditangani.[]