JAKARTA, WB – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan menegaskan, terjaadinya kenaikan harga Pertamax Cs mengikuti pergerakan harga minyak di pasar internasional. Pasalnya karena Pertamax Cs merupakan bahan bakar minyak (BBM) yang tidak disubsidi pemerintah.
“Itu market saja, masa pakai Pertamax Turbo dikasih subsidi kan enggak masuk akal,” kata Jonan, Selasa (3/6/2018).
Sementara untuk BBM bersubsidi seperti Premium dan Solar, kata Jonan, akan memastikan tidak akan menaikkan harga hingga akhir 2018.
“Kalau BBM kita komitmen sampai 2018, tapi hanya untuk Premium dan Solar,” tutur Jonan.
Jonan melanjutkan, sedangkan untuk tarif listrik, pemerintah telah berkomitmen tidak melakukan perubahan tarif ke semua golongan pelanggan hingga akhir 2019. Meski begitu, setiap tiga bulan akan dilakukan evaluasi tarif.
“Listrik itu dievaluasi secara Undang-Undang Kelistrikan setiap tiga bulan sekali BBM juga, tapi kita komitmen di listrik tidak kita naikkan sampai 2019,” tandasnya.
Diketahui, PT Pertamina (Persero) telah menaikkan harga BBM nonsubsidi jenis Pertamax pada Minggu (1/7/2018). Harga Pertamax naik Rp 600 menjadi Rp 9.500 per liter. Kemudian harga Pertamax Turbo naik Rp 600 menjadi Rp 10.700 per liter. Sementara itu, harga Pertamina Dex naik Rp 500 menjadi Rp 10.500 per liter dan harga Dexlite naik Rp 900 menjadi Rp 9.000 per liter.
Sebelumnya, Vice President Corporate Communication Pertamina, Adiatma Sardjito mengatakan, penyesuaian harga BBM jenis Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite dan Pertamina Dex, merupakan dampak dari harga minyak mentah dunia yang terus merangkak naik. Saat ini harga minyak dunia rata-rata mencapai USD 75 per barel.
“Bahan baku BBM adalah minyak mentah, tentunya ketika harga minyak dunia naik akan diikuti dengan kenakan harga BBM,” kata Adiatma.[]