JAKARTA, WB – Internal Partai Golkar, akhir-akhir ini terus dihadapi banyak masalah, terutama di era kepemimpinan Ketua Umum, Aburizal Bakrie (Ical), di mana perolehan suara partai berlogo pohon beringin ini tidak mengalami kemajuan.
Hal itu terkait hasil Pileg, 9 April lalu, Golkar hanya mampu meraih presentase suara 14,5 persen dan jauh dari prediksi Ical ketika ia dinobatkan menjadi ketum pada Juli 2012 lalu. Saat itu, Ical yakin betul jika Golkar bisa meraih minimal suara 27 persen dan maksimal 30 persen. Tapi pernyataan Ical meleset jauh.
Bahkan, perolehan kursi di parlemen ketika 2009, Golkar berhasil mendapat 106 kursi, tapi di pemilu saat ini, prestasi Golkar menurun drastis yang hanya mampu mengirim 91 wakilnya ke parlemen.
Terlebih hingga saat ini, belum ada satu pun parpol yang mau merapat bersama Golkar, meski sebelumnya, partai Gerindra digadang-gadang akan melakukan koalisi, tapi nyatanya, Gerindra berlahan menjauh.
Menanggapi hal tersebut, sayap Golkar melalui Trikarya Golkar yakni Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (Soksi), Kosgoro, dan Musyawarah Keluarga Gotong Royong (MKGR) melakukan pertemuan di kediaman pendiri Soksi, Prof. Suhardiman di Jalan Kramat Batu Nomor 1, Cipete, Cilandak, Jakarta Selatan, Senin (12/5/2014) malam.
“Pertemuan ini akan bergilir dalam konteks menyelamatkan Golkar. Apalagi belum ada satupun parpol yang mau jalan bareng dengan Golkar. Sedangkan Gerindra sudah see good by. Rapimnas pun belum ada seolah-olah diulur-ulur,” jelas politikus senior Golkar sekaligus Wakil Ketua Pertimbangan MKGR, Zainal Bintang.
Sang sesepuh Golkar, Suhardiman juga ikut memberi komentar terkait kondisi Golkar saat ini. Menurutnya, sebagai salah satu pendiri partai, ia merasa terpanggil untuk ikut membenahi partai yang telah didirikannya itu.
“Saya sebagai pendiri Golkar dan Soksi dan satu-satunya yang masih hidup, belum lama ini saya bertanya pada diri sendiri. Tuhan kasih saya umur hingga saat ini pasti karena ada rencana. Inilah rencana-NYA untuk saya tetap mengabdikan diri,” jelas dia.
Kata dia, bila Golkar tak segera bergerak menanggapi stagnasi pencapresan Ical, Golkar akan mengalami penyesalan terbesar. Menurut dia, pencapresan Ical tak bisa dipaksakan karena bisa dipastikan akan kalah pada Pemilu Presiden 9 Juli mendatang.
“Berbicara capres hanya ada dua analisi, yaitu historis dan sosiologis. Historis Presiden Indonesia sampai kapan pun orang Jawa. Jangan mimpi di siang bolong Ical akan jadi presiden. Sementara dari sosiologis, masyarakat Indonesia mayoritas Jawa. Saran saya Golkar merubah strategi ya mencalonkan Cawapres saja, syukur-syukur cawapresnya dari Trikarya, khususnya Priyo,” tegas dia.
Sementara Ketua Umum Kosgoro, Agung Laksono, mengatakan stagnasi pencalonan Ical bukan karena faktor internal melainkan karena sulitnya Ical mencari patner atau pendamping pada Pilpres nanti.
Pria yang kini menjabat sebagai Mentri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) mengatakan partainya saat ini tak lagi ngotot apakah akan tetap mencalonkan Ical atau tidak. Hal itu semua tergantung hasil Rapimnas yang akan digelar dalam waktu dekat ini.
“Calon Golkar kenapa masih jomblo, masalahnya bukan pada Partai Golkar. Buktinya 18 juta orang masih memilih Golkar, dan bisa menjadi nomor dua. Hanya persoalannya pada capresnya dari hasil Rapimnas. Hasil surveinya yang saat ini populer, jadi tidak mudah mencari partner. Keputusan bukan di DPP tapi hasil Rapimnas nanti, apakah tetap mengusung kemudian kalah, atau Golkar merubah capresnya, atau memberi dukungan. Itu semua belum ada keputusan,” tegasnya.
Hal senada juga dikatakan Ketua MKGR, Priyo Budi Santoso. Menurut dia, sikap Golkar terkait pencalonan Ical bisa berubah. Dia juga heran terkait sikap partai lain yang enggan berdampingan (koalisi) dengan Ical.
“Jadi ini masih ada waktu dan waktunya pendek, kalau KPU tidak memperpanjang, praktis tanggal 18-20 kita adakan Rapimnas. Rapimnas itu tertinggi kedua setelah Munas. Dan Rapimnaslah yang mengubah semuanya, apakah capres jadi cawapres atau tidak.
Setahu saya partai-partai lain itu merasa nyaman dengan Golkar untuk bersahabat. Begitu pula di parlemen,” tegas Wakil Ketua DPR itu.
Berbeda halnya dengan sikap Ketua Umum Soksi, Ade Komaruddin. Kata dia, Ical sudah mengantongi nama pendampingnya yang akan maju pada Pilpres nanti. Namun, Sekretaris Fraksi Golkar DPR itu enggan menyebutkan nama dan inisialnya. Pasalnya, kemesraan Golkar dengan parpol lain yang sudah dijalani selama sini sengaja dirusak oknum-oknum tertentu.
Tujuannya, kata dia, agar Golkar tak menang pada pertarungan kursi RI nomor satu itu. Dia yakin bila pendamping Ical layaknya cewek cantik dan pintar tapi tak buru-buru untuk dideklarasikannya.
“Golkar sampai hari ini masih jadi gadis yang cantik meski nomor 2. Dan yakinlah kalau gadis cantik pasti mendapat pria yang baik. Kita lihat saja hasil Rapimnas, keputusan yang baik dan meraih kemenangan pada pilpres,” pungkasnya.[]
Comments 12