JAKARTA, WB – Sebanyak 57 persen sinetron Indonesia dinyatakan tak layak ditonton lantaran berbau pornografi. Tak ayal dari fakta tersebut banyak kasus perkosaan yang terjadi akibat pornografi, seperti kasus siswa SD di Pekanbaru dicabuli di bawah tangga sekolah, remas bagian intim guru, kepala sekolah dilaporkan ke polisi di Wawonasa, Kota Manado, serta kasus lainnya.
Demikian disampaikan Kepala Pusat Penyuluhan Sosial, Kementerian Sosial RI, Tati Nugrahati. “Produk sinetron Indonesia 57% mengandung pornografi,” ujarnya di Jakarta.
Dia memaparkan selain sinetron, konten pornografi juga disebarluaskan di produk tontonan anak-anak, termasuk komik 23 persennya yang mengandung unsur porno. Sedangkan game 17 persen, dari situs 17 persen, dan film 13 persen.
“Satu dari dua anak menonton pornografi di rumah. Satu dari setiap tiga anak sudah bisa melihat pornografi, dan reaksi mereka biasa saat melihat gambar porno,” imbuh dia.
Dia mencontohkan film kartun Sincan juga terdapat unsur pornografi, dalam tayangan televisi juga memperlihatkan adegan berpacaran, pelukan dan ciuman. Bahkan dari komik juga dapat ditemukan gambar-gambar yang mengandung unsur sensualitas.
“Pornografi ini lebih berbahaya dari narkoba yang menyebabkan penyakit HIV/AIDS, dia memang tidak menyebabkan kematian. Tetapi menyebabkan kerusakan otak, gila atau bodoh,” ungkapnya.
Selain itu dia juga mengimbau kepada masyarakat yang berperan untuk melakukan pencegahan terhadap pornografi seperti diatur dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008.
“Peran yang dapat dilakukan masyarakat seperti melaporkannya, melakukan gugatan perwakilan ke pengadilan, melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan, dan melakukan pembinaan kepada masyarakat terhadap bahaya dan dampak pornografi,” jelas dia. []