WARTABUANA – Keberhasilan China menorehkan sejarah dalam bidang pengentasan kemiskinan telah melampaui teori-teori antikemiskinan yang sudah mapan serta dapat memberikan perspektif dan pengalaman baru terhadap upaya global memerangi kemiskinan, ungkap sebuah makalah penelitian yang diterbitkan pada Minggu (28/2).
Keajaiban dalam hal pengurangan kemiskinan ini telah melahirkan sebuah bidang studi baru, menurut laporan bertajuk “Studi Pengentasan Kemiskinan China: Sebuah Perspektif Ekonomi Politik” yang dirilis oleh New China Research (NCR), wadah pemikir Kantor Berita Xinhua.
Laporan yang disusun dengan menggunakan sejumlah diskursus Presiden China Xi Jinping terkait pengentasan kemiskinan sebagai dasar ideologis dan teoretis itu menguraikan “formula kemenangan” dalam perjuangan antikemiskinan China, mengeksplorasi dasar-dasar rasional di balik perjuangan tersebut, dan membahas implikasi globalnya.
“Berdasarkan kondisi nasional kita dan mengikuti undang-undang pengurangan kemiskinan, China telah mengadopsi serangkaian kebijakan dan tindakan yang luar biasa serta membangun seluruh rangkaian sistem yang mencakup kebijakan, upaya, dan institusi, merintis jalan untuk pengurangan kemiskinan, serta membentuk teori antikemiskinan dengan karakteristik China,” kata Xi, seperti dikutip oleh laporan itu.
Selama delapan tahun terakhir, China telah mengangkat 98,99 juta warga pedesaan miskin yang masih hidup di bawah garis kemiskinan saat ini keluar dari jurang kemiskinan. China telah memenuhi target pengentasan kemiskinan yang ditetapkan dalam Agenda Pembangunan Berkelanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 2030 sepuluh tahun lebih awal.
Pengurangan kemiskinan di China menunjukkan teori ekonomi politik terkait distribusi yang kondusif bagi pengentasan kemiskinan dan pembangunan, yang berusaha memelihara tujuan kemakmuran bersama nasional dengan membangun “pasar pro kaum miskin” di mana pemerintah, pasar, dan masyarakat bersama-sama berusaha membebaskan produktivitas kaum miskin dan menjadikan mereka sebagai kontributor pertumbuhan, papar laporan itu.
Dalam upaya pengentasan kemiskinan yang tepat sasaran, “tangan kasat mata” (visible hand) pemerintah yang cakap bukanlah “tangan yang gelisah” melainkan “tangan pemberdayaan” yang esensial, kata laporan itu, seraya menyatakan bahwa pasar pro kaum miskin yang efektif bukanlah bentuk distorsi pasar, tetapi merupakan rekonstruksi pasar.
Sembari menyebut China sebagai “pelajar, penerima manfaat, dan inovator dalam teori pengentasan kemiskinan global”, laporan itu merangkum pandangan para pakar asing terkait inspirasi China bagi dunia menjadi “5D: Determined Leadership (Kepemimpinan yang Teguh), Detailed Blueprint (Cetak Biru Terperinci), Development Oriented (Berorientasi pada Pembangunan), Data-based Governance (Tata Kelola Berbasis Data), dan Decentralized Delivery (Implementasi Terdesentralisasi).”
“China, berdasarkan pengalaman dan gagasan teoretisnya dalam pengentasan kemiskinan, memberikan sumbangsih terhadap upaya kemanusiaan untuk mengakhiri kemiskinan dan memberikan referensi baru bagi negara dan kawasan lainnya,” imbuh laporan itu. [Xinhua]