JAKARTA, WB – Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun ini, Direktorat Sejarah Ditjen Kebudayaan menyelenggarakan kegiatan bertemakan Merayakan guru bangsa: Guru mulia karena karya.
Peringatan hari kelahiran Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara ini sekaligus untuk mengingatkan masyarakat mengenai kedudukan guru dalam kehidupan bangsa. Apalagi, guru acap kali hanya dianggap sebagai orang yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan kepada para siswa di sekolah.
“Peran guru seakan dibatasi itu (mengajar), padahal ada tugas dan peran sosial yang tak kalah penting di lingkungan sosial,” ujarnya Kepala Direktorat Sejarah Ditjen Kebudayaan Hilmar Farid.
Sejatinya di dalam diri setiap guru ada kekuatan yang merupakan wujud kebudayaan nasional. Sebagaimana perjuangan Ki Hadjar Dewantara di zaman kolonial, sosok guru yang mengabdi di daerah terluar, tertinggal, dan terdepan (3T) seakan tak pernah lelah menghadapi situasi di tengah minimnya fasilitas sarana prasarana pendidikan.
Karena itu, Hilmar menilai perlu menaikkan derajat para guru di lingkungan masyarakat dengan memperkuat kebudayaan yang hadir dalam pendidikan.Hilmar berharap, guru dapat menjadi penentu keberhasilan dari setiap kebijakan maupun program yang telah dicanangkan pemerintah guna meningkatkan kualitas pendidikan di Tanah Air.
Hilmar mencontohkan kebijakan yang baru-baru itu dicetuskan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy tentang sekolah 8 jam atau dikenal fullday school. Pada pelaksanaannya, guru tidak hanya bertugas mengajar di kelas, tetapi juga membekali siswa pengetahuan, serta pemahaman budaya dengan sesekali mengunjungi museum.
“Ini yang diterjemahkan Pak Menteri. Jadi, bukan mata pelajarannya ditambah, melainkan memberikan ruang mengajarkan siswa soal kebudayaan,” tukasnya.[]