JAKARTA, WB – Kelompok militan Islamic State in Iraq and Syria (ISIS) terus mengancam keselamatan banyak warga, baik di Irak maupun di negara lain, termasuk Indonesia.
Apalagi kini kelompok garis keras itu sering melancarkan aksinya tanpa pandang bulu. Namun sangat disayangkan, ternyata masih banyak saja orang yang nekat bergabung dan masuk dalam keanggotaan ISIS.
Melihat hal tersebut, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum Universitas Al-Azhar Indonesia mengelar seminar dengan tujuan mendeklarasikan koalisi anti ISIS, dikampusnya di Kawasan Kebayoran Baru, Jakarta, Selasa (23/9/2014) kemarin.
Seminar bertema “Memperkuat Ideologi Pancasila Dalam Mengantisipasi Pengaruh ISIS di Indonesia” ternyata mengundang respon positif dari kalangan mahasiswa.
Dialog yang dibuka oleh Dekan Fakultas Hukum Dr. Agus Surono diakhiri dengan Deklarasi bersama. Pembantu Rektor UAI, Bapak Ir Ahmad Lubis, MSc, hadir sebagai perwakilan dari pihak kampus.
Salah satu narasumber diskusi, Ustadz Syarif Matnadjih yang juga menjadi pengasuh Istana Al Quran Sirrul Asror mengatakan jika Pancasila yang dimiliki bangsa Indonesia lebih Qurani dari orang-orang yang mengaku Islam, seperti ISIS. Menurutnya, ISIS ini telah menyimpang dari syariah ajaran Islam.
“Saya meyakini bahwa tidak ada pahala jihad bagi pengikut ISIS, ” ungkapnya dalam seminar,” kata Ustadz Syarif.
Senada dengan itu, narasumber lain, yakni Latifa Anshori yang juga pernah menjadi wartawan perang sebuah stasiun televisi Indonesia di sejumlah negara Arab di Timur Tengah mengatakan ketika dirinya menjadi mahasiswa di Timur Tengah, banyak para dosennya yang menanyakan tentang Pancasila.
“Mereka tertarik dengan Pancasila sebab penuh kedamaian, dan kedamaian Indonesia itu lebih berharga dari pada sekedar membela ISIS yang justru bisa menghancurkan toleransi umat beragama, ” tuturnya.
Lain halnya dengan Muhamad Taufik, LC, tokoh Nahdatul Ulama/NU Jakarta, sedikit menceritakan sejarah Arab yang memang ada kebengisan. Ia mencontohkan seperti Ibunya Amr bin Yasir yang mendapat siksaan dari kelompomk Qurais yang membenci Islam hanya karena ibunya memeluk agama Islam.
“Abu Bakar juga pernah marah, ketika ada pengikutnya yang membawa mayat dengan kepala terpenggal untuk ditunjukkan padanya, sebab Islam menolak kekerasan, ” terangnya.
Muhamad Taufik yakin kalau watak dasar orang Indonesia tidak bakal mau menerima ISIS. Sebab baginya, ISIS tidak ada hubungannya dengan Islam, karena ajaran Islam adalah kemanusiaan dan kekerasan bukanlah dasar Islam. Taufik kembali mencontohkan saat pergantian kepemimpinan Gus Dur adalah cermin dari Islam sunni.
“Tidak ada kekuasaan yang patut dipertahankan dengan mengorbankan rakyat,” tutup Taufik sembari mengulang ucapan Gus Dur kala itu.[]