WARTABUANA – Menteri Komunikasi dan Informasi, Rudiantara menegaskan, pemblokiran situs dan aplikasi chatting Telegram didasari alasan dan bukti yang kuat. Dimana Telegram telah disalahgunakan untuk penyebaran ajaran radikal yang mengarah pada terorisme.
Mereka mengklaim punya bukti yang kuat, ada lebih dari 500 halaman yang mengajak mulai dari ajaran radikal, cara membuat bom, ajakan membenci aparat kepolisian.
“Kami punya bukti yang kuat,” kata Rudiantara Sabtu (15/7/2017).
Menkominfo menjelaskan, pemblokiran Telegram telah dikonsultasikan
dan atas persetujuan tiga institusi, yakni Kemkominfo, Badan Intelijen Negara (BIN), dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
“Jadi kami tidak asal take down, BIN dan BNPT juga menyetujui situs ini diblokir,” kata dia.
Sementara itu, pembuat layanan Telegram, yakni pengusaha asal Rusia, Pavel Durov, memahami aplikasi layanan pesan Telegram kerap diblokir di sejumlah negara. Durov mengatakan pemblokiran itu karena upaya konsisten membela privasi pengguna yang tidak pernah melakukan kesepakatan dengan pemerintah.
Durov menulis melalui laman telegra.ph pada19 April 2017. Pada tulisannya, dia menyatakan, Telegram secara historis memiliki masalah dengan regulator di beberapa bagian dunia.
“Karena, tidak seperti layanan lainnya, kami secara konsisten membela privasi pengguna dan tidak pernah melakukan kesepakatan dengan pemerintah,” tulis Durov, dilansir pada Sabtu (15/7/2017).
Sejak diluncurkan ada Agustus 2013, pengusaha berusia 33 tahun itu menyatakan, tidak pernah mengungkapkan data kepada pihak ketiga.
“Layanan seperti WhatsApp tidak diblokir di Cina, Arab Saudi, Iran, atau negara lain yang memiliki sejarah penyensoran,” kata Durov.
Menurut Durov, penyebaran obrolan tidak berhenti hanya dengan pihak ketiga. Pada gilirannya, Apple dan Google harus berurusan dengan permintaan data dari semua negara tempat mereka berbisnis. Karena itu, data pun mengalir ke negara tempat mereka berbisnis.
“Tidak heran pemerintah dan regulator tidak senang dengan Telegram. Biarkan mereka memblokir kami sebanyak yang mereka mau. Kami tidak akan mengubah prinsip kami,” tegas Durov. []