JAKARTA, WB – Analis Komunikasi politik dari Universitas Indonesia, Effendi Ghozali tidak sepakat jika ada mahasiswa yang melakukan aksi demonstrasi penolakan kenaikan Bahan Bakar Minyal (BBM) di Makasar akan di drop out (DO).
Menurut pengamat yang akrab di sapa EG ini, tidak bijak jika keputusan yang diambil oleh Universitas Muslim Indonesia (UMI) yang akan melakukan DO kepada sejumlah mahasiswanya, hanya karena membuat macet jalan ketika mereka berunjuk rasa.
“Mereka nilainya tidak jelek. Jadi lebih baik mereka mendrop out pemerintah karena telah menaikan harga BBM,” sindir Effendi saat diskusi publik Kilas Balik Gerakan Rakyat Menolak Kenaikan BBM, di Rumah Makan Pulau Dua, Jakarta, Selasa (9/12/2014).
Alasan Effendi kenapa pemerintah lebih baik di drop out, karena tidak jelas alasan metodologi yang diambil oleh pemerintah terhadap jumlah populasi rakyat miskin yang ada di Indonesia, yang dijadikan alasan dasar oleh pemerintah menaikkan BBM.
“Data mutakhir dari mana pengalihan kenaikan harga BBM untuk pengalihan rakyat miskin. Lebih baik men drop out pemerintah dari pada mendrop out mahasiswa,” ujarnya.
Effendi bahkan mendesak pemerintah untuk mengingat salah satu ucapan dari Abraham Samad yang pernah mengatakan ada potensi kerugian negara sebesar 7000 trilliun. Pernyataan itu kata Effendi, seharusnya menjadi perhatian pemerintah.
“Itu hasil penelitian metodologi KPK dan itu studi. Seandainya pemerintah mengambil lima persen saja dari potensi kerugian tersebut setidaknya pemerintah sudah mendapatkan 350 trilliun. Ini ilmiah dalam kontek memperingati hari korupsi nasional,” tandas Effendi. []