WARTABUANA – Terkait maraknya berita hoax yang beredar dimedia sosial, tercatat sebesar 75.0% publik menyatakan kekhawatirannya. Dan hanya 10% yaitu 8.7% publik yang menyataka tidak khawatir. Itu artinya mereka (publik) ingin media sosial bersih dari pencemaran hoax.
“Mereka yang setuju bahwa media sosial harus dibersihkan dari hoax merata disemua segmen pemilih baik yang berpendidikan tinggi maupun rendah, juga tingkat ekonomi, ” ujar peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Ikrama Masloman, di kantor LSI bilangan Rawamangun, Selasa (24/10/2018).
Ikrama menjelaskan bahwa, salah satu berita hoax yang paling menggetarkan publik belakangan ini adalah berita terkait penganiayaan seorang Ratna Sarumpaet. Berita tersebut kata Ikrama, menjadi Tranding Topic di media sosial dalam beberapa jam. Tidak hanya itu, berita Ratna bahkan menjadi isu politik karena berhasil mengundang beberapa tokoh politik untuk ikut mengomentari dan menyikapi kasus tersebut.
“Room LSI bahkan sampai merekam Lima hari berturut-turut berita hoax penganiayaan Ratna, dan menjadi satu dari 5 top issue dalam media sosial dan juga top issue media nasional dan juga daerah, ” kata Ikrama.
Dari kasus hoax Ratna lanjut Ikrama, dari hasil survei LSI Denny-JA, menunjukkan efek elektoral terhadap para capres. Kasus Ratna, dinilai menyebabkan adanya kenaikan sentimen positif (lebih mendukung) terhadap Jokowi. Dan sebaliknya meningkatkan sentimen negatif pada Prabowo.
“Sebesar 25.0% responden menyatakan jika kasus hoax ini membuat mereka lebih mendukung Jokowi. Sementara 17.9 responden tidak mendukung Prabowo, ” jelas Ikrama.
Menurutnya, efek negatif yang terjadi pada Prabowo, lebih dikarenakan seorang Ratna Sarumpaet yang tidak lain merupakan salah satu tim kampanye nasional Prabowo – Sandiaga. Terlebih polemik kian pelik ketika adanya konferensi pers yang dilakukan Prabowo-Sandi dalam merespon berita hoax Ratna yang terbilang masif.
“Namun secara umum kasus hoax penganiayaan Ratna tidak mengurangi dukungan elektabilitas terhadap Prabowo – Sandi, namun menyebabkan pemilih yang belum menentukan pilihan cenderung akan memilih pasangan Jokowi – Ma`ruf Amin.
Hasil survei Denny JA dilakukan pada tanggal 10-19 Oktober 2018, melalui face to face interview menggunakan kuesioner. Survei menggunakan metode multistage random sampling dengan 1200 responden dan margin of error sebesar +/-2,9%. Survei dilakukan di 34 provinsi di Indonesia. []