WARTABUANA – Sejak Pilkada Jakarta 2017, diteruskan hingga Pilpres 2019, dan kini isu Papua, ruang publik dinilai banyak polusi. Terlalu banyak hoax, kemarahan, kebencian, pembelahan politik, dan primordialisme agama di ruang publik. Hal tersebut diungkap, budayawan sekaligus analis politik Denny JA.
“Warga negara seolah hanya disibukkan dengan isu kekuasaan. Banyak keluarga, kawan, komunitas yang pecah hanya karena politik,” ujar Denny JA, lewat keterangan tertulisnya.
“Ketika politik menyempitkan perhatian manusia, puisi datang meluaskannya kembali. Ketika kekuasaan mengotori jiwa, puisi membersihkan.”komentar Denny JA ketika dikulik soal lomba kritik puisi esai yang diselenggarakan oleh Asosiasi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia (AGBSI).
Mewakili AGBSI, Dian Ratri dan Jajang Priyatna menyampaikan latar belakang mengapa AGBSI ingin memeriahkan bulan bahasa dengan lomba kritik sastra. Dian Ratri, bulan Oktober menampung momen Hari Sumpah Pemuda, dengan Ikrar “Berbahasa Satu, Bahasa Indonesia.
Sejak tahun 1960an, sudah pula diperingati menjadi Bulan Bahasa. Tapi bahasa pun perlu terus dimartabatkan. Literasi perlu ditumbuhkan. Minat membaca satra perlu disuburkan.
Asosiasi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia mengambil peran menyemarakkan Bulan Bahasa itu dengan lomba kritik sastra. Adapun karya sastra yang dipilih kali ini, empat buku puisi esai karya Denny JA.
Mengapa karya Denny JA yang dipilih sebagai tema kritik sastra ? Ujar Dian Ratri, lima tahun belakangan ini, dunia sastra bergunjang ganjing dengan kontroversi puisi esai karya Denny JA. Terjadi pro dan kontra yang maha hebat. Namun, buku puisi esai terus diterbitkan. Hingga hari ini sudah terbit lebih dari 80 buku puisi esai. Sudah lebih dari 200 penulis dari Aceh hingga Papua menulis puisi esai. Bahkan penyiar Asia Tenggara, dari Malaysia, Brunei, Thailand dan Singapura juga menerbitkan puisi esai.
Ini yang membuat puisi esai menjadi topik yang hangat dan kontroversial untuk lomba kritik sastra tahun ini. Pengumuman lomba kritik puisi esai di HB Jassin juga disemarakkan oleh acara Titian Muhibbah Sastra Malaysia – Indonesia. Banyak penyair Malaysia yang ikut hadir. Diselenggarakan pula diskusi sastra.
Puisi Denny JA soal Papua juga ikut dibacakan di acara itu. Puisi kembali di bawa ke tengah gelanggang merespon isu masyarakat yang sedang bergolak. Lomba sendiri diumumkan di Pusat Dokumentasi HB Jassin, TIM (4/9-2019).[]