WARTABUANA – Melihat antusias masyarakat menyaksikan Gerhana Matahari Total (GMT) di berbagai daerah di seluruh Indonesia, Menteri Pariwisata Arief Yahya yakin kalau target wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara tercapai.
“Melihat antusias masyarakat untuk menyaksikan Gerhana Matahari Total di berbagai daerah, saya yakin target winus dan wisman tercapai,”ujar Arief Yahya usai menyakiskan GMT di Tanjung Kelayang, Belitung, Rabu (9/3/2016).
Melihat potensi pariwisata yang begitu besar di Belitung, Belitung Timur, Arief mendorong untuk segera resmikan Kawasan Ekonomi Khusus untuk Provinsi Bangka Belitung. “Pembangunan infra struktur seperti perluasan Bandara H. A. S. Hanandjoeddin akan segera dikerjakan, sebagai bukti Pak Ignatius Jonan (Menteri Perhubungan) datang kesini untuk melihat persiapannya,” jelas Arief.
Tidak hanya pembangunan bandara, juga pelebaran jalan provinsi menjadi jalan nasional yang akan melibatkan pemerintah pusat. “Pemerintah akan menjadikan Belitung menjadi Maldivnya Indonesia. Untuk pembangunan infrastruktur harus disegerakan,” tegas Arief.
Untuk pelaksanaan Kawasan Ekonomi Khusus, Arief berjanji akan mengucurkan anggaran Rp. 10 Triliun kepada Pemda Bangka Belitung. “Tapi baru turun pada APBN 2018,” paparnya.
Arief pun memuji pentas seni menyambut GMT 2016 , tarian Pendulang Timah, tari Lesong Panjang, Tari Sepan.Tari-tariannya keren, ada Tari Campak dengan 6 penari dan 7 pemusik. Ada Tari Zapin Rampak, yang melambangkan gadis-gadis pesisir pantai yang bersuka cita menunggu kapal nelayan merapat pulang ke pulau. Tari ini dimainkan oleh 10 penari dan 6 pemusik dengan lincah, energik dan dinamis.
Ada Tari Puteri Pinang Gading, yang mendeskripsikan legenda Belitung (Membalong) dan Garude (burung raksasa). Ada 8 penari dan 10 pemusik yang menghebohkan tarian itu. Perpaduan antara kekuatan cerita, kreasi baru dan gerak tari tradisi Melayu.
“Semua tariannya keren! Budayanya keren, makan bedulang enak di rasa dan dalam makna filosofinya. Sambel sereh, acar ikan, dan ikan bakarnya wow banget. Ketika kuliner oke, budaya oke, alamnya oke, itu sudah memenuhi standar paling mendasar untuk sebuah destinasi pariwisata,” tutup Arief Yahya. []