WARTABUANA – Terjadi gempa dengan kekuatan 6,2 pada Skala Richter di Sulawesi Barat Jumat (15/01) dinihari (01.28 WIB) yang mengakibatkan banyak orang meninggal dunia dan luka-luka. Kawasan Mamuju dan Majene berkali-kali diguncang gempa sehingga ribuan warga mengungsi karena dikhawatirkan dapat memicu terjadinya tsunami.
Akibat Gempa sedikitnya merusak 300 rumah, dua hotel serta meratakan rumah sakit dan kantor gubernur Sulawesi Barat. Aktivitas seismik menyebabkan tiga longsor, memadamkan listrik dan merusak jembatan penting termasuk yang menghubungkan dengan kota Makassar. Hujan deras juga memperparah keadaan, terutama mereka yang mencari tempat berlindung.
Korban meninggal ini dikhawatirkan akan terus bertambah, karena beberapa laporan menyebutkan kemungkinan ada korban yang masih terjebak di bawah reruntuhan gedung yang roboh.
Di Mamuju, menurut BNPB, gempa ini menyebabkan kerusakan parah pada Hotel Maleo, kantor Gubernur Sulbar, serta RSUD Mamuju.
Sementara di Kabupaten Majene, gempa itu menyebabkan longsor pada tiga titik di sepanjang jalan poros Majene-Mamuju, yang menyebabkan akses jalan terputus. Di wilayah ini dilaporkan pula setidaknya 300 unit rumah rusak, dan jaringan listrik mengalami pemadaman.
Adapun jumlah orang yang mengungsi telah mencapai setidaknya 15.000 jiwa, yang tersebar di sejumlah desa. Mereka mengungsi tersebar di sejumlah tempat, antara lain Desa Kota Tinggi, Desa Lombong, Desa Kayu Angin, Desa Petabean, serta Desa Deking.
Lainnya, mereka mengungsi di sejumlah lokasi di Desa Mekata, Desa Kabiraan, Desa Lakkading, Desa Lembang, Desa Limbua di Kecamatan Ulumanda dan Kecamatan Malunda dan Kecamatan Sendana.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati meminta masyarakat di Mamuju dan sekitar wilayah Majene untuk mewaspadai gempa susulan sekaligus menjauhi area pantai.
Dia mengatakan gempa yang terjadi di sekitar wilayah Majene termasuk gempa dangkal dengan pusat kedalaman 10 kilometer dari permukaan. Sejak Kamis (14/01) hingga Jumat (15/01), BMKG sudah mencatat 28 kali gempa susulan.
Masih ada potensi gempa susulan berikutnya yang masih kuat. Bisa mencapai kekuatan seperti yang tadi terjadi [magnitudo] 6,2 atau sedikit lebih tinggi lagi. Itu karena kondisi batuan sudah digoncang dua kali [magnitude terkuat 5,9 dan 6,2], bahkan 28 kali, sudah rapuh.
“Pusat gempa ada di pantai memungkinkan terjadinya longsor bawah laut sehingga masih atau dapat pula berpotensi terjadi tsunami apabila ada gempa susulan berikutnya dengan pusat gempa masih di pantai atau di pinggir laut,” kata Dwikorita pada konferensi pers Jumat (15/01/2021).
Dwikorita meminta warga untuk tak hanya menghindari gedung-gedung, tapi ia juga area pantai untuk segera menyingkir dari area itu jika merasa gempa. “Tidak perlu menunggu peringatan dini tsunami karena tsunaminya bisa sangat cepat,” ujar Dwikorita.
BMKG menganalisis gempa itu dikarenakan sesar naik Mamuju (Mamuju thrust) dan merupakan pengulangan dari dua gempa besar sebelumnya, yakni di tahun 1969 (magnitudo 6,9) dan 1984 (magnitudo 6,7).[]