WARTABUANA – Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, kegiatan makan ikan bersama, memang secara rutin dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama masyarakat.
“Beberapa bulan lalu kita telah melakukan di Jawa Timur, bulan depan rencananya kita akan lakukan di Surabaya, Lombok, Probolinggo, Banyuwangi, Situbondo, Palu, dan beberapa tempat lainnya,” ujar Susi belum lama ini.
Susi optimistis Kabupaten Riau dapat menjadi salah satu kota penghasil ikan terbesar di Indonesia. Ia pun mengenang Bagan Siapi-api di Sumatera Utara yang dahulunya merupakan salah satu kota penghasil ikan terbesar di Indonesia. Namun, ketika kapal-kapal illegal fishing masuk dan mulai menguasai perairan Indonesia, produksi ikan hasil tangkapan nelayan setempat menurun drastis.
“Saya yakin ikan-ikan di Riau ini akan kembali lagi, jika penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan terus dilarang. Saya yakin akan jadi bandar ikan seperti Bagan Siapi-api,” ungkapnya.
Dalam 20 tahun terakhir, lanjut Susi, laut Indonesia banyak didatangi kapal-kapal dari luar negeri untuk mengambil ikan. Tidak terasa pada tahun 2000-an banyak perusahaan berhenti karena jumlah ikan berkurang drastis. Hal ini juga disusul dengan menurunnya jumlah profesi nelayan.
“Banyak nelayan di Pulau Jawa beralih profesi dan memilih datang ke Jakarta, karena ikannya habis. Hari itu kita semua tidak tahu kenapa ikan kita habis,” terang Susi Pudjiastuti.
“Setelah saya menjadi Menteri dan melihat apa yang terjadi, rupanya tahun 2001 Pemerintah mengijinkan kapal asing untuk berganti bendera menjadi bendera Indonesia dan menangkap ikan di wilayah kita. Namun karena niat mereka datang adalah untuk mencuri, ijinnya satu kapalnya ada 10-20 kapal. Kapalnya itu besar-besar. Akhirnya jumlah (produksi) ikan kita menurun hingga beberapa juta ton saja,” tambah dia. []