JAKARTA, WB – Sebagai sebuah karya, Kain Tenun Baduy yang memiliki nilai estetik dan filosofi akan menjadi lebih bernilai lagi setelah tersentuh tangan dingin Melanie R Wibowo Dharmosetio. Arsitek yang kini menekuni profesi fashion designer ini sudah jatuh hati dengan Kain Tenun Baduy.
Meski baru dua tahun menggeluti dunia fashion designer, dengan bendera MeLOOKmel, karya ibu dua anak ini sudah diperhitungkan di komunitasnya.
Saat dijumpai di both-nya dalam ajang Crafina 2017 di Jakarta Convention Centre (JCC) beberapa waktu lalu, Melanie antusias memaparkan ketertarikannya dengan dunia rancang busana dengan memanfaatkan kearifan lokal melalui sentuhan displin ilmu arsitektur.
Hasilnya, karya yang ciamik dengan tarikan-tarikan garis tegas namun sederhana, mengangkat karya warga Baduy menjadi sesuatu yang berkelas dan memiliki nilai jual tinggi.
Melanie menginterpretasikan tiap karya fashionnya mengangkat tenun Baduy sebagai salah satu warisan budaya Indonesia dengan prinsip disain nan Harmonis, Unik, Cantik, Simple serta Timeless.
“Saya fokus pada kain tenun Baduy karena memiliki karakter sederhana, mencerminkan keseimbangan kehidupan itu sendiri, dengan elemen garis vertikal, horizontal maupun diagonal dalam pakem-pakemnya seperti Adu Mancung, Aros, Poleng, Suat Songket, Suat Samata dll. Elemen garis inilah yang menjadi kekuatan karakter brand meLOOKmel,” papar Melanie.
Menurut mantan marketing perusahaan retail besar ini, kekhasan tenun Baduy, bahannya agak kasar dan warnanya cenderung gelap. Bintik bintik kapas dari proses pemintalan tradisional telah menghasilkan tekstur yang khas. Karena kain benar benar produk handmade, dibuat dengan alat pemintal tradisional yang bernama gedoga atau raraga.
Kain tenun yang awalnya dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan sandang, dibuat sederhana berpadu simetris dengan elemen garis vertikal maupun horizontal. “Nah, Kedua elemen inilah yang membuat kain Baduy punya karakter dan makna alam didalamnya. Melanie menyebutnya sebagai kekuatan Holistik, ada relasi yang tak terpisahkan,” ujar Melanie.
Kesederhanaan Kain Tenun Baduy menantang Melanie untuk mengubahnya menjadi keunikan tersendiri dalam karya karya meLOOKmeL. Hingga pada event Inacraft 2016 lalu, meLOOKmeL meraih penghargaan dari Inacraft untuk Kategori Textile, pada karyanya yang berjudul “Celana Empat Pintu”.
Dan pada Agustus 2017, meLOOKmeL terpilih melalui kurasi ketat oleh konsultan Amerika dari By Hand Consultant dan terpilih mewakili Indonesia di gelaran event Handmade Internasional “New York Now 2017.
Alumnus Arsitektur Parahyangan ini dikenal dengan karya koleksi bergaris tailored yang bersih dan tegas. Hal ini membuka mata pencinta fashion bahwa kain Baduy pun dapat tampil beda. Dari sesuatu yang biasa menjadi sangat artistik.
“Pesannya, kalau desain dibuat dengan hati dan kecintaan pasti hasilnya akan indah. Tak heran, jika desainnya dibuat hanya limited edition, serta ada cerita dibalik karya,” aku Melanie.
Melanie pun memadukan kain Baduy dengan beberapa tenun daerah Kalimantan, Sulawesi hingga batik. “Saya ingin mengangkat tenun Baduy ke panggung mode hingga ke gaya hidup casual. Mimpi saya bisa membuat warisan bangsa ini menjadi tuan rumah di negara sendiri, lebih dikenal dan bercita rasa global,” pungkas Melanie. []