KABUL – Tahun ini di Afghanistan, banyak anak-anak menderita malnutrisi akibat kemiskinan. Nafisa, seorang ibu dari delapan anak di Kabul, merasa sedih karena tidak dapat memberi makanan yang cukup bagi anak-anaknya.
NAFISA, Ibu delapan anak di Kabul:
“Perang yang merusak, pengungsian, dan kemiskinan telah menghancurkan hidup saya dan itulah mengapa hari ini putri saya yang berusia 18 bulan menderita malnutrisi di rumah sakit ini. Perang telah merenggut nyawa suami saya setahun yang lalu, meninggalkan saya dengan delapan orang anak dalam kemiskinan dan putri bungsu saya menderita malnutrisi selama dua bulan terakhir.”
Putri Zakia dirawat di sebuah ruang perawatan bersama sekitar 10 anak lainnya yang sedang berada dalam perawatan medis.
ZAKIA, Ibu enam anak di Kabul:
“Perang yang merusak dan kemiskinan telah menghancurkan semua yang saya miliki dan itulah mengapa putri saya yang berusia dua tahun menderita malnutrisi. Saya tidak dapat membeli makanan, biskuit, dan susu bubuk untuk memberi makan anak tak berdosa ini.”
Menurut Program Pangan Dunia (World Food Program), sebanyak 3,2 juta anak di bawah lima tahun (balita) diperkirakan menderita malnutrisi akut hingga akhir tahun ini di Afghanistan.
NOORUL HAQ YOUSUFZAI, Kepala Institut Kesehatan Anak Indira Gandhi di Kabul:
“Pada musim ini dalam beberapa tahun terakhir, kami mencatat lima hingga tujuh anak yang menderita malnutrisi, tetapi sayangnya tahun ini, kami mencatat rata-rata tujuh anak malnutrisi setiap harinya.”
Setelah penarikan pasukan yang dipimpin Amerika Serikat (AS) dari Afghanistan pada akhir Agustus lalu, beberapa lembaga keuangan terkemuka, termasuk Bank Dunia, telah menangguhkan dukungan untuk negara Asia Tengah itu.
AS juga membekukan aset milik bank sentral Afghanistan senilai lebih dari 9 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp14.272), memberikan pukulan berat bagi ekonomi rentan di negara yang hancur akibat perang itu.
Pemerintahan yang dipimpin Taliban mendesak Washington untuk tidak mencampuradukkan masalah kemanusiaan dengan politik dan mencairkan aset Afghanistan.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Kabul. (XHTV)