KOPENHAGEN, Direktur Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Eropa Hans Kluge pada Selasa (11/1) memperingatkan bahwa varian Omicron bisa menjadi kian mendominasi di Eropa ketika “gelombang pasang” infeksi menyebar ke arah timur.
“Saya juga sangat khawatir bahwa ketika varian ini bergerak ke timur, kita belum melihat dampak penuhnya di negara-negara yang tingkat serapan vaksinasinya lebih rendah. Kita akan melihat lebih banyak keparahan penyakit pada orang yang belum divaksinasi,” tutur Kluge..
Menurutnya, varian Omicron, yang kini menyebar ke kawasan Balkan, sudah hadir di 50 dari 53 negara di kawasan Eropa dan Asia Tengah.
“Dengan laju ini, Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan (Institute for Health Metrics and Evaluation/IHME) memprediksikan bahwa lebih dari 50 persen populasi di kawasan tersebut akan terinfeksi Omicron dalam kurun 6 hingga 8 pekan ke depan,” ujar Kluge.
Kluge mengatakan jumlah pasien rawat inap kian meningkat akibat skala penularan yang belum pernah terjadi sebelumnya di kawasan tersebut.
Untuk menangani dampak destruktif virus corona terhadap layanan kesehatan, ekonomi, dan masyarakat secara lebih baik, Kluge menyerukan tindakan praktis, termasuk bertindak segera dan menyusun rencana untuk berbagai kemungkinan, serta memprioritaskan sistem respons selama “jeda waktu kritis.”
Dia juga menekankan pentingnya perlindungan bagi orang yang rentan dan “meminimalisasi gangguan terhadap sistem kesehatan dan layanan esensial.”
Pejabat WHO itu juga mendesak agar sekolah-sekolah tetap dibuka.
“Menjaga sekolah tetap dibuka secara signifikan bermanfaat bagi kondisi mental, sosial, dan pendidikan anak-anak yang baik. Sekolah seharusnya menjadi institusi yang terakhir ditutup dan yang pertama dibuka kembali,” sebut Kluge.
Selain itu, Kluge memaparkan lima mantra menstabilkan pandemi, yakni vaksinasi, dosis ketiga atau booster, peningkatan pemakaian masker, ventilasi tempat ramai atau ruang tertutup, serta penerapan kontinu dari protokol klinis baru untuk memandu respons terhadap Delta atau Omicron.
Di samping itu, WHO Eropa juga menyampaikan bahwa pihaknya “jauh” dari memperlakukan COVID-19 sebagai endemi.
Diproduksi oleh Xinhua Global Service