WARTABUANA – Seorang pejabat Kamboja mengatakan bahwa perjanjian perdagangan bebas Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) menciptakan pasar yang sangat besar bagi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan semua negara partisipan telah memperoleh manfaat darinya.
Pernyataan itu disampaikan oleh Penn Sovicheat, Juru Bicara sekaligus Wakil Sekretaris Negeri Kementerian Perdagangan Kamboja, dalam sesi wawancara dengan Xinhua.
Seraya mengatakan bahwa Kamboja adalah sebuah contoh praktis, Sovicheat mengatakan bahwa total ekspor negara kerajaan itu ke negara-negara anggota RCEP meningkat secara signifikan menjadi 3,28 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.232) pada paruh pertama 2022.
PENN SOVICHEAT, Juru Bicara sekaligus Wakil Sekretaris Negeri Kementerian Perdagangan Kamboja:
“RCEP adalah sebuah komunitas besar, atau bisa disebut sebagai pasar yang besar, komunitas perdagangan besar, dan RCEP itu sendiri bersifat komprehensif. Pada semester pertama 2022, dibandingkan dengan semester pertama 2021, ekspor kami (Kamboja) ke RCEP meningkat sekitar 9 persen. Banyak manfaat dari RCEP berkontribusi terhadap ekonomi ASEAN.”
Berbicara soal pertemuan para menteri RCEP pertama, yang digelar pada 18 September 2022 di Provinsi Siem Reap, Kamboja barat laut, Sovicheat mengatakan Kamboja akan mengusulkan kepada negara-negara anggota RCEP untuk membentuk sekretariat mandiri di Phnom Penh.
PENN SOVICHEAT, Juru Bicara sekaligus Wakil Sekretaris Negeri Kementerian Perdagangan Kamboja:
“Ini adalah pertemuan para menteri RCEP yang pertama. Pertemuan ini akan dipimpin oleh Indonesia. Dan untuk Kamboja, Perdana Menteri Kerajaan Kamboja Samdech Techo Hun Sen ingin mendirikan sekretariat RCEP di Phnom Penh. Kami bersedia menjadi tuan rumah sekretariat ini, jadi kami sedang melakukan semua persiapannya, termasuk dalam hal sumber daya manusia, lokasi, dan sebagainya.”
Mulai berlaku pada Januari 2022, kesepakatan perdagangan megaregional ini diikuti oleh 15 negara di kawasan Asia-Pasifik termasuk 10 negara anggota ASEAN, yakni Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam, serta lima mitra dagang mereka, yaitu China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.
Perjanjian ini akan menghapus 90 persen tarif barang yang diperdagangkan di antara para partisipannya selama 20 tahun ke depan.
Diproduksi oleh Xinhua Global Service