QINGDAO, Di sebuah kantor di Subdistrik Jinmenlu di Kota Qingdao, China timur, Cui Miao memegang kuas dan perlahan menulis kata “ä¸å” (Tionghoa) sambil menghadap kamera menjelaskan di sebuah acara siaran langsung daring (livestreaming). Di sisi lain layar, para pemuda lokal di Indonesia sedang menulis goresan demi goresan mengikuti arahannya.
Cui Miao adalah wakil ketua Asosiasi Kaligrafi Pemuda Distrik Shinan, Kota Qingdao. Ini ketiga kalinya dia hadir di “Kelas Awan” ini untuk mengajarkan budaya tradisional China kepada pemuda Indonesia.
Pada 2020, ketua organisasi Chinese Culture For Indonesia, Lin Mingzhu mengirim sebuah emailke Subdistrik Jinmenlu, Qingdao, dengan harapan agar lebih banyak pemuda Indonesia memahami budaya tradisional China melalui “Kelas Daring”.
“Pandemi COVID-19 membuat anak-anak Indonesia tidak dapat mengikuti Summer Camp offline, jadi saya menemukan lembaga di Subdistrik Jinmenlu ini melalui rekomendasi seorang teman.” Lin mengatakan bahwa ada banyak orang keturunan Tionghoa di Indonesia yang bersedia dan tertarik untuk melakukan “perjalanan mencari asal-usul.” Oleh karena itu, Lin Mingzhu sebagai seseorang yang berfokus dalam bidang pelatihan dan pendidikan budaya China di Indonesia, memutuskan mengundang guru-guru China untuk membuka kegiatan amal “Kelas Daring” demi memperkenalkan budaya tradisional China.
Setelah persiapan yang matang, pada Juli 2020, “Kelas Daring” Huawen di Distrik Shinan, Qingdao, pun mulai dibuka. Dalam dua tahun terakhir, pelajaran yang diajarkan dalam “Kelas Daring” ini terus berkembang, kini mencakup lebih dari 30 kategori seperti kaligrafi, lukisan China, musik rakyat, tari, seni bela diri wushu, apresiasi puisi, seni potong kertas, seni batik China, tie-dye, pembuatan bunga sutra, dan lain-lain.
“Lukisan horizontal itu seperti awan yang berbaris di langit biru, perlahan memanjang secara horizontal ke kedua sisi, itulah yang disebut ‘awan membentang seribu mil’, lukisan vertikal itu seperti pohon kuno yang tinggi dan lurus, melambangkan kekuatan hidup yang keras dan ulet, itulah yang disebut ‘tumbuhan merambat yang panjang umur’ …” ujar Cui Miao. Dia juga mengatakan bahwa seni kaligrafi China sangat luas dan mendalam. Dia berharap agar pemuda Indonesia dapat merasakan estetiknya budaya tradisional China yang unik dari perspektif yang berbeda, sehingga dapat secara bertahap membuat mereka tertarik pada budaya tradisional China seperti puisi dan lukisan.
Dalam “Kelas Daring” kecil ini, semakin banyak guru yang diundang untuk mengajarkan dan menunjukkan pesona budaya China kepada para pemuda di Indonesia.
“Nama karya ini adalah ‘dari hati ke hati’, dan artinya adalah tidak peduli seberapa jauh, keturunan bangsa Tionghoa akan selalu memiliki ikatan dari hati ke hati.” tutur Zhao Lihua, seorang guru seni potong kertas yang menunjukkan karya terbarunya sambil mengenalkan makna karya tersebut kepada pemuda Indonesia.
Sebagai anggota Asosiasi Kerajinan Tangan Qingdao dan salah seorang pewaris karya tak-benda seni potong kertas Jiaozhou di Daerah Baru Pesisir Barat, Qingdao, karya seni potong kertas oleh Zhao Lihua sangat terkenal secara lokal. Sebelum memberikan “Kelas Daring” kepada pemuda Indonesia, dia mengajar seni potong kertas kepada mahasiswa asing di banyak perguruan tinggi, yang kemudian disambut baik oleh mahasiswa asing.
“Seni potong kertas dapat membuat siswa asing merasakan unsur-unsur budaya China dalam suasana yang hidup dan menarik. Beberapa karya seni potong kertas ini motifnya sangat lucu, ada yang bersifat sederhana, ada yang kompleks dan ada yang penuh dengan detail dan desainnya sangat mengagumkan. Karya ini akan membuat orang asing merasakan hal yang berbeda di setiap karyanya,” kata Zhao Lihua.
Menurut Lin Mingzhu, ada lebih dari 5.000 pemuda dari 37 sekolah dan instansi di Indonesia yang telah mempelajari budaya tradisional China melalui Kegiatan Amal “Kelas Daringâ sejak resmi diluncurkan dua tahun lalu.
Menurut Yuan Xiaojie, Wakil Sekretaris Komisi Kerja Partai Subdistrik Jinmenlu, Distrik Shinan, Qingdao, budaya China tidak lekang oleh waktu. Inilah sumber kepercayaan budaya diri yang kuat saat ini di China. Sebagai putra dan putri China di era baru, kita memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk membagikan kisah China kepada dunia dengan baik. Untuk mencapai tujuan itu, Subdistrik ini telah melakukan segala upaya untuk menyediakan layanan pendukung “Kelas Daring” dari awal hingga akhir, memastikan kelancaran pengembangan “Kelas Daring” semaksimal mungkin dengan dana terbatas, dan secara bertahap menjadi “kartu nama” yang indah dalam menunjukkan budaya tradisional China. [Xinhua]