QUANZHOU – Ini adalah Quanzhou. Kota yang terletak di China timur tersebut dahulu merupakan salah satu pelabuhan terbesar di dunia. Lebih dari 700 tahun yang lalu, penjelajah Italia, Marco Polo, takjub dengan kota sibuk tersebut selama perjalanannya di China dan mencatat apa yang dia saksikan dalam bukunya yang bertajuk “Perjalanan Marco Polo” (Travels of Marco Polo).
Wilayah Dehua, pusat produksi porselen utama di Quanzhou, telah membuat porselen untuk ekspor selama kurang lebih 1.000 tahun.
Saat ini, sebuah guci porselen yang diproduksi di Dehua disimpan di Basilika San Marco. Diyakini bahwa guci itu dibawa pulang ke Venesia oleh Marco Polo, dan disebut “guci Marco Polo”.
Quanzhou juga diyakini sebagai tempat asal kata “satin”. Dahulu, satin kerap muncul dalam daftar hadiah para kaisar China untuk pemimpin negara asing.
Sebelum penjelajahan Marco Polo, pedagang Yahudi Jacob dari Ancona telah melakukan perjalanan ke Quanzhou. Dia menyaksikan ada minuman populer yang terbuat dari daun semak. Daun semacam itu merupakan daun teh.
Wilayah Anxi di Quanzhou terkenal dengan beragam jenis teh oolong. Jenis teh oolong terbaik, Anxi Tieguanyin, diklasifikasikan sebagai satu dari 10 merek teh China teratas.
Pengolahan logam juga menjadi industri yang berkembang pesat di Quanzhou di masa lalu. Kerajinan tangan yang terbuat dari besi dan tembaga dapat ditemukan di semua tempat.
Quanzhou juga sering disinggahi oleh para pedagang dari seluruh dunia. Marco Polo menyebut kota itu sebagai “satu dari dua surga perdagangan terbesar di dunia” dan “Alexandria dari Timur.”
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Quanzhou, China. (XHTV)