AFGANISTAN – Warga sipil di Afghanistan terjebak dalam ketidakpastian tatanan sosial yang tak kunjung usai, di tengah proses penarikan tentara Amerika Serikat (AS) yang terburu-buru dari negara tersebut.
Dua bom bunuh diri mengguncang bandara Kabul di ibu kota Afghanistan pada Kamis (26/8), menewaskan 170 warga Afghanistan dan 13 anggota militer AS.
Serangan-serangan itu terjadi lima hari sebelum tenggat waktu evakuasi tentara AS yang terburu-buru dari negara yang tercabik perang itu.
Presiden Joe Biden pada Kamis mengatakan AS akan melakukan pembalasan militer terhadap serangan bom yang terjadi pada hari itu di Kabul. Biden menambahkan bahwa evakuasi yang tengah berlangsung di Afghanistan akan dilanjutkan tanpa interupsi.
Pentagon pada Sabtu (28/8) mengatakan bahwa dua target penting dari ISIS-K, afiliasi lokal dari ISIS di Afghanistan, tewas dalam serangan drone yang dilancarkan AS terhadap seorang perencana ISIS di Provinsi Nangarhar, Afghanistan.
Sehari setelah serangan drone AS terhadap dua target ISIS-K, enam warga sipil Afghanistan, termasuk empat orang anak, tewas setelah sebuah roket yang ditembakkan ke bandara Kabul, lokasi dilanjutkannya penerbangan evakuasi yang dipimpin AS, gagal mencapai sasaran.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Praha. (XHTV)