WARTABUANA – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Rabu (3/3) menyerukan perlindungan hutan dan spesies hutan, yang memberikan penghidupan bagi masyarakat miskin dan pribumi.
Seruan Guterres ini disampaikan bertepatan dengan Hari Margasatwa Dunia, yang jatuh pada 3 Maret. Tema tahun ini adalah “Hutan dan Penghidupan: Menopang Manusia dan Planet” (Forests and Livelihoods: Sustaining People and Planet).
Sekitar 90 persen warga paling miskin di dunia dalam beberapa hal bergantung pada sumber daya hutan. Hal ini khususnya terlihat pada masyarakat pribumi yang hidup di dalam atau di dekat hutan. Sekitar 28 persen daratan di dunia ini dikelola oleh masyarakat pribumi, termasuk beberapa hutan paling utuh di Bumi. Hutan memberikan penghidupan dan identitas budaya bagi mereka.
Eksploitasi hutan yang tidak berkonsep berkelanjutan merugikan masyarakat pribumi dan berkontribusi pada rusaknya keragaman hayati serta gangguan iklim. Setiap tahun, 4,7 juta hektare hutan, area yang lebih luas daripada Denmark, hilang, tutur Guterres.
Pertanian yang tidak berkelanjutan menjadi penyebab utama. Demikian pula perdagangan kayu ilegal global, yang menyumbang sampai dengan 90 persen penggundulan hutan tropis di beberapa negara. Praktik ini juga menarik kelompok-kelompok kejahatan terorganisasi terbesar di dunia. Perdagangan spesies hewan liar ilegal juga merupakan ancaman, yang meningkatkan risiko penyakit zoonosis seperti Ebola dan COVID-19, ujar Guterres.
“Jadi, pada Hari Margasatwa Dunia tahun ini, saya mendesak pemerintah, bisnis, dan warga di mana pun agar meningkatkan upaya perlindungan hutan dan spesies hutan, serta mendukung dan mendengarkan suara masyarakat hutan. Dengan begitu, kita akan berkontribusi dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan bagi manusia, planet, dan kesejahteraan,” tutur Guterres.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Markas Besar PBB. (XHTV)