ISTANBUL – Para penggemar sepak bola di Turki merasa senang saat Piala Dunia FIFA diadakan di sebuah negara Muslim, mengatakan bahwa hal tersebut akan berkontribusi dalam menghapus prasangka di antara berbagai agama, negara, dan bangsa.
Ajang Piala Dunia FIFA ke-22 resmi dibuka di Stadion Al Bayt di Al Khor, Qatar, pada Minggu (20/11).
ECEM KOC, Warga Istanbul:
“Sepak bola itu universal. Dengan kata lain, olahraga bersifat universal dan mempersatukan. Tidak boleh ada isu lain yang diselipkan ke dalam olahraga. Itu sebabnya saya berpikir jika kita menggunakan kekuatan pemersatu yang dimiliki olahraga, apa pun agama, bahasa, atau ras kita, dan tanpa berfokus pada perbedaan, seperti misalnya menggunakan label negara Muslim, negara Barat di Eropa, atau Amerika Serikat, kita akan menghapus label-label tersebut dari pikiran kita.”
FATIH AHMETCAN ALPCAN, Manajer media sosial:
“Meskipun kami (Turki) tidak berpartisipasi dalam Piala Dunia, ajang tersebut merupakan peristiwa di mana kita menjauh dari isu-isu saat ini untuk sementara waktu serta berbicara tentang sepak bola dan olahraga. Dalam artian itu, ajang ini penting.”
Turki merupakan negara sekuler, dengan 99,8 persen penduduknya adalah Muslim.
Banyak warga Turki percaya bahwa orang-orang dari berbagai budaya dan agama dapat menemukan kesempatan untuk berkumpul bersama, dengan Qatar sebagai tuan rumah.
FEYZA GUMUSOGLU, Koordinator Departemen Berita Asing, Lembaga Penyiaran EkoTurk, Istanbul:
“Lingkungannya begitu multikultural. Oleh karena itu, Qatar sangat terbuka terhadap berbagai negara, nilai, dan budaya yang beragam. Negara itu merupakan tempat di mana tinggal di sana terasa relatif nyaman dan menyenangkan.”
Liga Arab pada awal November lalu mengatakan bahwa beberapa negara Barat memolitisasi ajang tersebut dengan mereka-reka sebuah “kampanye fitnah tak berdasar” terhadap Qatar terkait isu hak asasi manusianya.
Dalam sebuah konferensi pers pada Sabtu (19/11), Presiden FIFA Gianni Infantino mengimbau dunia untuk bersatu menjelang gelaran Piala Dunia di Qatar, serta mengecam beberapa kritik media terhadap negara tuan rumah itu.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Istanbul, Turki. (XHTV)