LEVANTE, WB – Berbagai cara FIFA maupun federasi negara-negara anggota FIFA untuk memerangi tindakan rasisme sepertinya menemui jalan buntu. Meski telah diancam dengan sanksi denda dan kurungan penjara, namun tindakan rasisme itu tetap saja ada.
Sepekan lalu, bek Barcelona, Dani Alves mendapat tindakan tidak terpuji dari suporter tuan rumah Villareal yang mlemparinya dengan pisang. Beberapa hari kemudian, striker Paris Saint-Germain (PSG) Ibrahimovic juga mendapat perlakuan yang sama dari suporter Bastia yang melemparinya kacang di pertandingan lanjutan League 1.
Meski sudah banyak pemain sepakbola top Eropa mendemostrasikan makan pisang seperti apa yang Alves lakukan, tapi kejadian tersebut kembali terulang di La Liga.
Kali ini yang jadi korban adalah Papakouli Diop, gelandang bertahan asal Senegal yang bermain untuk Levante. Saat pertandingan antara Levante dan Atletico Madrid berakhir, Diop terlihat beradu mulut dengan sejumlah pendukung Atletico. Usut punya usut, Diop mencoba membalas perlakuan rasis para pendukung Atletico yang bergaya seperti kera sambil bersuara.
Tak terima perlakuan tersebut, Diop memilih untuk membalas aksi tersebut dengan sebuah tarian. Para pemain Atletico menghampirinya karena ia dianggap mengolok-olok kekalahan Atletico, namun Diop menjelaskan kondisi sebenarnya kepada Marca: “Mereka (pendukung Atletico) menyebut saya kera. Maka saya berbalik dan menirukan seekor kera. Saya lelah terhadap rasisme di sepakbola,” kata Diop seperti dilansir Marca.
“Saya melakukan tarian kera untuk menegaskan masalah yang ada. Saya ingin orang-orang tahu apa yang terjadi. Saya tidak tahu apakah itu rasis atau tindakan kurang hormat, namun mereka harus menghentikan suara kera yang dibuat oleh beberapa orang,” tegasnya.[]
Comments 12