NEW YORK CITY – Bank investasi Goldman Sachs Group baru-baru ini memangkas perkiraannya untuk pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat (AS) pada 2021 dan 2022, sementara para pakar industri memperingatkan soal risiko yang ditimbulkan oleh inflasi.
Perekonomian AS diperkirakan tumbuh 4 persen pada 2022 alih-alih perkiraan sebelumnya yang sebesar 4,4 persen, menurut sebuah laporan terbaru oleh Goldman Sachs.
Goldman Sachs juga memangkas perkiraan pertumbuhan PDB AS pada 2021 menjadi 5,6 persen dari 5,7 persen dengan alasan laju belanja konsumen yang lebih lambat dalam sektor layanan, pengurangan dukungan fiskal, dan krisis pasokan semikonduktor yang berkepanjangan.
Inflasi merupakan satu-satunya risiko terbesar yang ada saat ini, baik dalam hal risiko jangka pendek yang dapat ditimbulkannya terhadap pemulihan maupun risiko jangka panjang terhadap emerging market, seperti diperingatkan COO Goldman Sachs John Waldron pada Rabu (13/10).
Dana Moneter Internasional (IMF) juga memangkas estimasi pertumbuhan 2021 untuk AS sebesar 1 poin persentase menjadi 6 persen lantaran gangguan rantai pasokan yang memburuk dan konsumsi yang melemah, menurut laporan World Economic Outlook yang dirilisnya pada Selasa (12/10).
“Tingkat inflasi utama telah meningkat pesat di AS dan di beberapa emerging market serta perekonomian berkembang dalam beberapa bulan terakhir, meskipun ada perbedaan dalam hal tingkat tekanan di semua negara,” kata IMF dalam laporannya.
Akan ada periode panjang ketika harga energi naik tinggi yang berlanjut hingga 2022, dan para ahli di S&P Global Ratings mulai lebih khawatir soal dampak peningkatan harga energi itu terhadap konsumen, ujar Chris Midgley, Kepala Analitik Global S&P Global Platts, pada Kamis (14/10).
“Saat harga bahan bakar lebih tinggi, satu-satunya cara untuk menyeimbangkannya adalah dengan menutup industri, mengurangi pemakaian pupuk, dan lain-lain. Dan hal itu, tentu saja, mengurangi kegiatan ekonomi,” kata Midgley kepada Xinhua dalam sebuah taklimat virtual.
Ada beberapa kekhawatiran nyata saat ini bahwa mungkin perekonomian AS mengalami sejumlah hambatan, dan akan menjadi semakin sulit bagi perekonomian untuk mempertahankan laju ekspansi di saat terkurasnya ekonomi akibat berbagai hambatan diremehkan, tutur Midgley.
Perekonomian AS menyusut 3,4 persen pada 2020 akibat dampak pandemi COVID-19 dan mengalami rebound yang mengesankan pada paruh pertama 2021, dengan dukungan fiskal dan moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya. [Xinhua]