BRUSSEL – China menentang segala upaya untuk memanipulasi penelitian asal-usul COVID-19 atas nama studi ilmiah yang terbuka dan transparan, ujar juru bicara (jubir) Misi China untuk Uni Eropa (UE).
Menanggapi pernyataan bersama yang dikeluarkan UE, Amerika Serikat, Australia, dan Jepang mengenai penelitian asal-usul COVID-19 fase kedua, juru bicara itu mengatakan bahwa politisasi terhadap studi ini telah sangat mengganggu kerja sama internasional dalam penelitian asal-usul COVID-19, dan menimbulkan kesulitan bagi negara-negara dalam mengatasi pandemi COVID-19, demikian menurut pernyataan yang dipublikasikan misi China tersebut di situs resminya pada Rabu (28/7).
China selalu mengambil sikap ilmiah, profesional, serius dan bertanggung jawab dalam menelusuri asal-usul virus COVID-19, dan telah dua kali mengundang tim pakar WHO ke China untuk melacak asal-usul virus tersebut, kata sang jubir.
Hampir 60 negara baru-baru ini menulis kepada Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyampaikan bahwa penelitian asal-usul COVID-19 merupakan ranah ilmu pengetahuan dan harus dilakukan di seluruh dunia oleh para ilmuwan, seraya menyerukan dukungan untuk tetap memegang hasil laporan studi gabungan tim WHO-China. “Suara objektif dan rasional ini harus dihormati dan dihargai,” kata juru bicara itu.
“Kami mendesak pihak-pihak terkait untuk berhenti memolitisasi isu penelusuran asal-usul (COVID-19), berhenti menggunakan masalah ini untuk mengambinghitamkan pihak lain dan menghindar dari tanggung jawab, serta dengan sengaja mengganggu kerja sama internasional dalam penelusuran global tentang asal-usul (COVID-19),” kata sang jubir.
“Mereka harus mengadopsi sikap yang benar-benar bertanggung jawab dan ilmiah, bekerja sama dengan komunitas internasional untuk memberikan kontribusi yang layak guna mengalahkan virus ini serta melindungi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat,” tambahnya. [Xinhua]