SYDNEY -Seorang pakar paus terkemuka di Australia menentang pertimbangan negara itu untuk menghapus paus bungkuk dari daftar hewan yang terancam punah.
Olaf Meynecke dari Pusat Manajemen Pesisir Griffith di Negara Bagian Queensland, Australia, pada Senin (26/4) mengatakan kepada Xinhua bahwa usul pemerintah federal itu berpotensi besar mendatangkan bahaya.
“Terdapat banyak ancaman dan ketidakpastian,” ujarnya. “Penghapusan tersebut berarti akan ada lebih sedikit sumber daya yang tersedia untuk penelitian dan perlindungan paus itu, dan itu dapat memunculkan konsekuensi bagi banyak skema pendanaan yang secara khusus mendukung upaya terkait spesies yang terancam punah.”
Meynecke menuturkan bahwa paus bungkuk, seperti banyak hewan lainnya, menghadapi sejumlah tantangan baru termasuk perubahan iklim.
Paus itu harus menghadapi suhu air yang kian memanas, arus yang berubah, dan pengasaman laut. Ancaman lainnya meliputi eksploitasi komersial berlebihan terhadap krill, salah satu sumber makanan utama paus. Paus bungkuk dapat mengonsumsi hingga 1.360 kilogram makanan setiap harinya.
Pada periode antara tahun 1949 hingga 1962, para pemburu paus di Australia membunuh sekitar 8.300 ekor paus bungkuk di pesisir timur negara itu, hingga hanya beberapa ratus ekor yang tersisa.
Meynecke mengatakan kendati jumlah paus bungkuk telah meningkat selama beberapa dekade setelahnya, melaksanakan “sensus” paus yang akurat tetap sangat sulit karena paus sering berpindah kawanan, yang berarti paus yang sama dapat dihitung dua kali atau lebih.
Berapa pun jumlahnya, Meynecke berpendapat paus bungkuk harus dilindungi.
Sang pakar juga menyatakan bahwa mamalia raksasa itu memiliki nilai ekonomi.
“Paus bungkuk adalah spesies paus paling diamati di Australia,” imbuhnya. “Hewan itu bernilai jutaan dolar secara ekonomi berkat industri wisata pengamatan paus.” [Xinhua]