SHENYANG – Bunyi sirene dan gaung lonceng besar terdengar di Shenyang, ibu kota Provinsi Liaoning, China timur laut, pada Sabtu (18/9) untuk mengenang Insiden 18 September 90 tahun silam yang menandai awal dari invasi Jepang selama 14 tahun di China.
Sekitar 300 orang berkumpul di depan Museum Sejarah 9.18 pada pagi hari itu. Tepat pukul 09.18 waktu setempat, 14 perwakilan dari seluruh lapisan masyarakat bersama-sama memukul lonceng besar di museum itu sebanyak 14 kali, melambangkan perjalanan berat dalam perang sengit China melawan pendudukan Jepang selama 14 tahun. Sirene serangan udara meraung selama tiga menit, para pejalan kaki pun serentak berhenti dan mobil-mobil membunyikan klakson.
Zhang Jian, seorang veteran berusia 90 tahun, mengatakan meskipun 90 tahun telah berlalu, bangsa China tidak boleh melupakan pelajaran pilu sejarah yang memakan puluhan juta korban jiwa itu.
“Kita harus siap menghadapi bahaya di masa damai, mengingat bahwa negara yang terbelakang akan bisa dikalahkan. Kita harus bersatu untuk membangun negara yang kuat,” kata Zhang.
Pada 18 September 1931, pasukan Jepang meledakkan bagian rel kereta api yang mereka kuasai di dekat Shenyang dan menuduh pasukan China melakukan sabotase sebagai dalih atas serangan tersebut. Pada malam harinya, mereka membombardir barak-barak di dekat Shenyang, mengawali invasi berdarah itu.
Sejak 1995, Shenyang membunyikan alarm setiap tahun untuk memperingati Insiden 18 September.
Diproduksi oleh Xinhua Global Service