JAKARTA, WB – Sepuluh warga negara Indonesia (WNI) anak buah kapal (ABK) yang diculik dan disandera sejak 26 Maret 2016 telah dibebaskan. Sementara empat ABK WNI lainnya masih disembunyikan oleh kelompok penyandera.
Karena itu, Presiden Joko Widodo berterimakasih atas semua pihak yang telah bekerjasama dalam pembebasan kesepuluh WNI tersebut. Terutama pemerintah Filipina. Tanpa kerja sama yang baik upaya pembebasan tersebut tidak mungkin membuahkan hasil yang baik.
“Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT akhirnya sepuluh 10 ABK WNI yang disandera oleh kelompok bersenjata sejak 26 Maret 2016 lalu saat ini telah dapat dibebaskan,” ujar Presiden beberapa waktu lalu. Kesepuluh WNI itu dibebaskan dengan cara dibawa ke rumah Gubernur Sulu, dan kemudian dibawa ke pangkalan militer Filipina.
Kesepuluh WNI itu diberangkatkan dari Zamboanga, Filipina menuju ke Jakarta, sekitar pukul 23.15 telah sampai di Jakarta. Adapun kondisi mereka dalam keadaan baik dan langsung dibawa ke RSPAD Gatot Subroto guna dilakukan cek kesehatan.
Presiden menegaskan, saat ini pemerintah masih terus bekerja keras untuk pembebasan empat ABK WNI yang lainnya, yang masih disembunyikan oleh kelompok penyandera. Selanjutnya diadakan pertemuan pada 5 Mei antara Indonesia, Malaysia, Filipina.
Adapun kesepuluh nama korban tersebut antara lain Peter Tonsen Barahama lahir 8 November 1985 asal Batu Aji Batam. kemudian Wendi Raknadian, kelahiran 3 Oktober 1987, asal Padang Sumatera Barat. Rinaldi, kelahiran 26 April 1991, asal Makassar Sulawesi Selatan. Bayu Oktavianto, kelahiran 16 Oktober 1993, asal Klaten Jawa Tengah.
Wawan Saputra, kelahiran 30 Desember 1993, asal Palopo Sulawesi Selatan. Surianto, kelahiran 21 Agustus 1985, asal Gilireng Wajo Sulawesi Selatan. Surian Syah, kelahiran 27 Agustus 1982 asal Kendari Sulawesi Tenggara. Mahmud, kelahiran 12 Juni 1984, asal Banjarmasin Kalimantan Selatan. Alvian Elvis Peti, kelahiran 11 Agustus 1983, asal Tanjung Priok Jakarta. Dan Julian Philip, kelahiran 27 Juni 1966 asal Minahasa. []