JAKARTA, WB – Isu pilkada selalu menjadi berita utama dalam pengemasan berita di media massa. Pilkada telah membuat masyarakat terpikat dengan berbagai penyajian informasi seputar siapa calon kepala daerah yang memimpin nantinya.
Namun yang menjadi sejumlah kekhawatiran adalah, Pilkada yang seharusnya berjalan sehat dengan persaingan demokrasi, namun ternoda dengan berbagai provokasi dengan isu Sara. Hal inilah yang menjadi perhatian dari seorang budayawan Denny JA, yang prihatin dan mengkritik lewat bait-bait karya puisinya.
Puisi harapan Denny itu dibacakan di pelataran parkir Taman Ismail Marzuki, Minggu (30/10) malam. Total tiga puluh tujuh puisi bertema Pilkada dia ungkap, lainnya dalam buku `Cintai Manusia Saja`.
Sekitar 20 pekerja seni, penyair, deklamator, sutradara bergantian membaca puisi Denny JA. Isu yang diangkat dalam puisi juga sangat beragam.
Namun benang merah buku puisi itu soal harapan agama yang ramah dan Indonesia Tanpa Diskriminasi. Ical, dari Taman Sastra Cikini selaku koordinator menyatakan ini acara rutin sebulan sekali di TIM agar puisi berjumpa dengan publiknya.
“Sengaja kami pilih pelataran parkir agar kesannya merakyat. Bahkan konsep acara kami outdoor. Jika hujan, pasti terganggu.
Namun selama ini lancar saja,” kata Ical.
Panitia sengaja menetapkan topik tertentu setiap bulannya. Bulan oktober ini mengangkat puisi Denny JA karena temanya sesuai dengan spirit Sumpah Pemuda dan Satu Indonesia.
Menurut Ical, yang dominan dibacakan malam ini memang puisi Denny JA. Namun dibacakan pula karya penyair lain seperti Toety Heraty, Soebagyo Sastrowardoyo, Hartojo Andang Djaya.
Diantara pembaca puisi Denny JA, terdapat nama yang sudah lama malang melintang dunia seni seperti Iwan Burnani dari Bengkel Teater Rendra, Ismail SS, penyair Fatin Hamamah, dan juga pendatang baru seperti pekerja seni Monica Anggi JR, Mae Shafira.
Seperti dikatakan Sapardi Djoko Damono, Puisi Denny JA memberikan warna berbeda dunia perpuisian, baik untuk tema ataupun cara penulisan.
“Denny JA mengangkat isu sosial baru seperti kasus LGBT, diskriminasi, agama dalam pilkada,”tutur Sapardi Djoko.
Gaya penulisan puisinya juga khas yang disebut genre puisi esai. Edisi puisi esai panjangnya misalnya penuh dengan catatan kaki layaknya makalah ilmiah. Namun untuk puisi pendeknya, puisi Denny JA bertutur layaknya cerpen. Ada plot dan narasi di sana. Ia sengaja memilih judul bukunya “Cintai Manusia saja”.
“Sejak lama saya ingin ikut berikhtiar menyentuh hati orang lain. Bahwa kita menyintai manusia saja, terlepas dari agama, suka, ras dan aneka latar belakang sosialnya,” ujarnya.
Buku puisi “Cintai Manusia Saja” adalah buku puisi karya Denny JA yang ke-25. Ia juga tak menyangka dalam tempo 4 tahun, ia berhasil menghasilkan total dua puluh lima buku puisi.
Denny juga membuat karya budaya lain film layar lebar, layar pendek, teater, lukisan hingga lagu. Film layar lebarnya, Mencari Hilal memenangkan tujuh nominasi FFI 2015.
“Saya bereksperimen menggabungkan karya budaya dan aktivisme sosial, sambung Denny. Karya budaya saya, juga banyak hasil riset saya sesungguhnya berada dalam payung yang sama Indonesia Tanpa Diskriminasi,” tandasnya.[]