JAKARTA, WB – Data terakhir dari Pejabat Kementerian Kesehatan Pakistan menyebutkan ada 224 jiwa meninggal dunia dalam gelombang panas di Provinsi Sindh di Pakistan Selatan.
Para pejabat kesehatan mengungkapkan sebagian besar korban berasal dari kota terbesar, Karachi.
Di kota ini suhu udara menembus 45 derajat Celsius dalam beberapa hari terakhir.
Banyak di antara para korban adalah warga lanjut usia yang mengalami demam, dehidrasi, dan sakit perut.
Gelombang panas juga menyebabkan ratusan orang jatuh sakit, kata pejabat kesehatan di Sindh, Saeed Mangnejo, yang menambahkan para pasien tersebut sekarang dirawat di berbagai rumah sakit.
Wartawan BBC di Pakistan, Shahzeb Jillani, mengatakan suhu tinggi sebenarnya bukan hal yang luar biasa di Pakistan namun kali ini diperparah dengan putusnya arus listrik yang sepertinya tidak bisa mengatasi lonjakan penggunaan daya.
Staf Kementerian Kesehatan setempat menuturkan peristiwa tersebut menelan korban hingga 120 jiwa. Yang sebelumnya, enam orang dikabarkan meninggal dunia.
“Sejak Sabtu lalu, sebanyak 114 orang telah meninggal di Karachi dan delapan orang lainnya di distrik-distrik lain di Sindh,” seperti yang dikutip berita AFP.
Dari korban tersebut kebanyakan kaum lansia setelah mengalami kondisi demam tinggi, tidak sadar diri, dehidrasi dan kejang-kejang.
Dampak tingginya penggunaan listrik di tengah cuaca ekstrem itu kota tersebut juga mengalami pemutusan pasokan listrik. []