JAKARTA, WB – PT Korindo membantah tudingan beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang menyebut pihaknya melakukan pembakaran lahan konsesi untuk membuka perkebunan kelapa sawit di Papua.
Sebelumnya, sebuah konsorsium lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang terdiri dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Mighty, SKP-KAM, dan Pusaka, European Federation for Transport and Environment, dan Korea Federation for Environmental Movements, merilis foto dan video yang diklaim sebagai bukti pembakaran lahan di konsesi Korindo.
Tudingan LSM tersebut menyebutkan, selama kurun 2013-2015, citra satelit menunjukkan ada 894 titik panas di konsesi yang dikelola Korindo. Beberapa foto memperlihatkan jalur tumpukan-tumpukan kayu (stacking) untuk dibakar.
Menjawab tudingan itu, juru bicara Korindo Luwy Leonufna mengatakan titik-titik api yang muncul sepanjang 2013-2015 bukan berasal dari pembakaran lahan. Menurutnya, salah satu penyebab munculnya titik-titik api itu karena pembakaran yang dilakukan masyarakat ketika berburu dan kemudian meluas karena fenomena El Nino.
“Selama 2013-2015 memang lagi banyak muncul titik api di Indonesia termasuk di Papua. Yang paling ekstrem adalah pada tahun lalu,” ujar Luwy saat gelar konferensi pers di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Senin (5/9/2016).
Luwy memastikan tidak ada titik api di konsesi Korindo sepanjang Januari-September 2016. Korindo menurut Luwy telah menyiapkan langkah-langkah pencegahan dan pengawasan kebakaran.
“Pembukaan lahan yang dilakukan Korindo tidak dengan cara membakar. Jalur tumpukan kayu, kata dia, adalah hasil pembersihan lahan yang dilakukan secara mekanis,” ungkap Luwy.
Luwy memastikan para LSM itu telah menyampaikan mis-informasi mengenai industri kelapa sawit Korindo di Papua. “Korindo telah mengembangkan industri yang ramah lingkungan melalui pembangunan bidang kehutanan dan perkebunan, papar Luwy.
Menurut Luwy, dalam pemanfaatan hutan, Korindo telah memanfaatkan hutan sesuai dengan fungsi dan peruntukan kawasan hutan sebagaimana izin yang telah diberikan oleh pemerintah. Dalam membangun areal kebun, Korindo hanya menggunakan APL (Area Penggunaan Lain), terutama areal di kawasan Trans-Papua sehingga menjadi perintis pembangunan infrastruktur daerah yang belum terbuka aksesnya.
Sebagai bentuk kontribusi kepada warga sekitar konsesi, Luwy memastikan Korindo selalu memperhatikan hak-hak masyarat lokal yang dimulai dengan pemberian pemahaman tentang rencana pembangunan kebun melalui konsultasi publik yang dilakukan minimum 3 kali sampai mereka memahami dan menyetujui.
“Setelah adanya persetujuan dan pembayaran kompensasi, Korindo baru memulai pembangunan kebun. Korindo juga bertanggung jawab kepada masayakat dengan melaksanakan program CSR dan program tersebut sudah mendapat verifikasi dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan, papar Luwy.
Saat ini, menurut Luwy, Korindo di Papua sangat memperhatikan tenaga kerja yang berasal dari msayarakat local. Komposisi karyawan local yang sudah di pekerjakan mencapai ±30% dari total tenaga kerja kebun dengan penghasilan di atas UMR.
Kiprah Korindo
Korindo adalah perusahaan Indonesia yang berdiri sejak tahun 1969, dengan fokus awalnya adalah bisnis kehutanan atau dulu di sebut HPH, tahun 1979 korindo memulai Industri kayu lapis, keputusan tersebut adalah keputusan yang sangat tepat dikarenakan pada tahun 1983 Indonesia mulai untuk menghentikan ekspor kayu bulat.
Selanjutnya pada tahun 1984, Korindo membangun industri kertas daur ulang untuk memenuhi konsumsi dalam negeri yang pada waktu itu masih 100% impor. Keputusan tersebut sangat signifikan sehingga menurunkan harga kertas nasional.
Pada tahun 1993, Korindo memulai bisnis HTI di Kalimantan Tengah, pada tahun 1993 itu atas permintaan pemerintah pusat Korindo diminta untuk membantu pembangunan Papua dengan dimulai dengan membangun industri kayu lapis.
Selanjutnya pada tahun 1995, kami memulai pembangunan industri kelapa sawit. Pada tahun 2013, Korindo membangun industri pengolahan kayu terpadu. Terakhir pada tahun 2016, kami memulai pembangunan proyek percobaan penanaman padi di Merauke untuk membantu program pemerintah mencapai swasembada pangan.
Grup Korindo memiliki tujuh entitas perkebunan di Merauke dan Boven Digul dengan luas total 149.000 hektare (ha). Mereka adalah PT Papua Agro Lestari, PT Berkat Cipta Abadi 1, PT Tunas Sawa Erma 1B, PT Donghin Prabhawa. Selanjutnya PT Tunas Sawa Erma 1A, PT Tunas Sawa Erma 2, PT Berkat Cipta Abadi 2. []