JAKARTA, WB – Salah satu penyair top Indonesia, Fatin Hamama, menjadi korban kekerasan verbal di dunia maya yang dilakukan oleh sesama sastrawan, yakni Sutan Iwan Soekri Miunaf dan Saut Sitomarang.
Kedua penyair ini melakukan tindakan bullying terhadap Fatin dengan menuliskan kata-kata kasar dan senonoh di group Facebook.
Dalam tulisan di grup FB tersebut, Sutan menyebut jika Fatin Mucikari. Sementara Saut menyebut Fatin dengan julukan banjingan, dan masih banyak lagi kalimat-kalimat kasar yang ditujukan kepada Fatin.
Merasa diperlakukan dengan tindakan senonoh secara verbal, akhirnya Fatin melaporkan kedua penyair itu ke pihak kepolisian. Bukan hanya ke pihak kepolisian, Fatin juga melaporkan masalah ini kepada Komnas Perempuan.
“Terhadap tuduhan itu, kami melaporkan dua orang pelaku yang melakukan penghinaan, yakni Sutan Iwan Soekri Munaf dan Saut Situmorang,” kata pengacara Fatin, Wirman SH, di gedung Komnas HAM, Jl. Latuharhari 4b Jakarta Pusat, Jumat (31/10).
Fatin Hamama mengatakan, jika ia terus diserang dengan kata-kata kasar mulai dari bajingan, sampah sampai tuduhan Mucikari dan lonte. Rentetan ungkapan kata-kata yang jauh dari norma susila dan etika budaya negeri ini dianggap sudah mencemarkan dan ditakutkan akan dikonsumsi khalayak banyak.
“Bahkan lebih dari itu sudah mengarah ke fitnah keji. Tragisnya, itu dilakukan oleh sesama pegiat sastra,” kata Fatin menyambungkan.
Komnas Perempuan mendukung dan mendorong korban kekerasan di media sosial untuk melaporkan pelaku kekerasan ke polisi dan membawa penjahat media sosial ke pengadilan.
“Tindakan koban melaporkan ke polisi dan berlanjut ke pengadilan ini penting dilakukan untuk merncegah kasus-kasus serupa berulang lagi di masa depan,” kata Wilmar.
Konflik antara para sastrawan ini terutama Sutan dan Saut Situmorang kepada Fatin jika keduanya menuduhkan wanita berhijab itu ikut dalam menberbitkan buku sastra “33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh”.
Bahkan penghinaan Fatin tersebut berbuntut kepada keluarganya, terutama suami dan anaknya. Sampai suami, anak dan keluarga saya jadi malu,” papar Fatin.
Buku yang diterbitkan pada awal Januari lalu kini mengundang banyak kontroversi dan dikhawatirkan bakal menimbulkan konflik yang lebih panas lagi di kalangan para sastrawan yang ikut berparitisipasi dalam buku Antologi Puisi Esai 23 Penyair.[]