JAKARTA, WB – Ormas Laskar Ampera Arief Rachman Hakim Angkatan 66 telah merilis buku berjudul “60 Hari yang Mengguncang Dunia” yang berisi informasi A sampai Z tentang Partai Komunis Indonesia (PKI). Traumatik dari peristiwa tragis itu membuat Ketua Dewan Pakar ormas tersebut, Ir.Deddy A.Q.Baadilla masih “dredet” jika melihat bendera merah.
Menyikapi isu bangkitnya kembali kelompok yang mengusung paham komunis di tanah air ditanggapi serius oleh tokoh Angkatan 66 yang ikut membidani lahirnya buku setebal 700 halaman tersebut.
Menurut Deddy, menyikapi isu kebangkitan PKI tergantung dari kaca mata mana kita melihatnya dan siapa yang memberikan pernyataan. “Ada yang membantah tentang kebangkitan PKI karena mereka ada di dalam lingkaran itu. Bagi yang di luar mungkin melihatnya ini suatu ancaman,” paparnya.
Deddy sangat miris dengan masifnya gerakan-gerakan yang kelompok tersebut, mereka bisa bebas melakukan konsolidasi, menggunakan atribut dan simbol-simbol palu arit, bahkan ada kegiatan yang difasilitasi pejabat negara. Mengapa hal ini bisa terjadi?
“Terus terang saja saya katakan, kondisi ini bisa terjadi karena pemerintah sangat longgar. Sampai Sedangkan kita masih punya konstitusi berupa TPA MPRS No. 25 tahun 1966 yang masih berlaku. Kenapa mereka tidak boleh di sweeping?” tegas Deddy.
Gejala bangkitya gerakan komunis di Indonesia menurut Deddy tidak hanya jelas, tapi “jelas banget”. Kelompok komunis itu bukan seperti udara yang tidak berbau dan tidak berwarna. “Mereka ada warnanya. Jika ingin tahu seperti apa gejala bangkitnya PKI silakan tanya saja kepada tiga orang yg sekarang ini ada di DPR, yaitu Budiman Sujatmiko, Rika Tjibtaning dan Rieke Diah Pitaloka,” ungkap Deddy yang mengaku darahnya suka “dredet” jika melihat bendera merah.
“Saya sampai hari ini jika melihat bendera merah darah saya “dredet”. Apapun gambarnya, asal bendera merah, saya masih dredet,” ungkap pria yang masih trauma jika membayangkan peristiwa masa lalu tentang keganasan PKI dan politik adu dombanya yang masif.
Buku 60 Hari yang Mengguncang Dunia yang dikerjakan hampir selama dua tahun ini berisikan kisah heroik Gerakan Mahasiswa Universitas Indonesia dalam gelombang aksi mahasiswa melalui tiga tuntutan rakyat (Tritura) mampu memaksa pemerintah membubarkan PKI.
Buku ini disusun empat jurnalis senior, Endang Suherman, Marmi Panti Hidayah, Iskandar Helmi, dan Haris Fadillah yang mengorek informasi dari kurang lebih 30 pelaku sejarah yang berkisah tentang perstiwa nyata mulai periode 10 Januari 1966 sampai dengan 11 Maret 1966. []